Jakarta (ANTARA News)- Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Dede Yusuf meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menarik sejumlah obat diduga mengandung enzim babi ditarik dari pasar.

"Kami memberikan tenggat waktu satu bulan agar BPOM menarik obat yang mengandung enzim babi secara massal," ujar Dede di Jakarta, Jumat.

Dede mengaku terus menerima keluhan dari masyarakat mengenai masih beredarnya produk obat mengandung babi.

"Bahwa di antara 13 produk enzim, masih ada yang dijual secara dalam jaringan (online). Ini harus ditarik dari pasaran, baik sifatnya penjualan luar jaringan atau daring."

Dede menjelaskan produk obat dan suplemen tergolong produk farmasi yang sensitif, apalagi telah terkontaminasi kandungan babi.

Lihat juga: BPOM larang peredaran Viostin DS dan Enzyplex

"Masalahnya kan mengandung babi. Memang benar, banyak obat mengandung babi, tetapi khusus Indonesia negara yang mayoritas muslim perlu diberikan kata-kata mengandung babi. Biasanya ada kode tertentu, sehingga masyarakat bisa menentukan sendiri dia mau menggunakan produk itu atau tidak," papar dia.

Dede menyebut sejumlah produk antara lain Vitazym dan Librozym yang masih beredar online, padahal produsen dua enzim ini, yakni PT Kalbe Farma dan PT Hexpharm Jaya Laboratories, telah menghentikan produksi serta mengembalikan izin edar pada Februari 2017.

Anggota Komisi IX dari Fraksi PAN Hang Ali menilai BPOM kurang transparan menyikapi kasus produk enzim tercemar DNA babi.

"Selama ini yang ramai kan dua produsen, nyatanya ada 15 produsen. Produknya juga mengandung pancreatin. Dari 13 produk, satu katanya tidak terbukti, empat mengembalikan izin edar dan ditarik produk, nah yang 13 ini kasusnya apa, harus dijelaskan. Jangan diam-diam saja. Jangan-jangan kasusnya sama," kata Ali.

Sedangkan anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDIP Marinus Sae mempertanyakan 13 produk enzim yang masih diperdagangkan secara online. "Tidak boleh dibiarkan, semua harus ditindak. BPOM tidak boleh tebang pilih, nanti kesannya ada sesuatu," kata Marinus.

Baca juga: Bakso daging babi di jambi dites laboratorium

Pewarta: Indriani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018