Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri mendukung Ekspedisi Laut Dalam Jawa Selatan (South Java Deep Sea Expedition) 2018 untuk menindaklanjuti komitmen yang dibuat Presiden RI dengan Perdana Menteri Singapura, seperti disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Indonesia dan Singapura meluncurkan "South Java Deep Sea Expedition" 2018. Ekspedisi laut dalam itu merupakan salah satu tindak lanjut dari pertemuan tahunan "Leaders` Retreat" Presiden RI Joko Widodo dan PM Singapura Lee Hsien Loong pada 2017.

Pada saat itu, kedua pemimpin negara berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama diantaranya untuk pengembangan riset dan teknologi.

Peluncuran program ekspedisi tersebut dilakukan di Jakarta pada Jumat (23/3) atas kerja sama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan National University of Singapore. Ekspedisi laut itu bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota laut dalam.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, Plt. Kepala LIPI, Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Direktur Asia Tenggara Kemlu dan para pejabat dari kementerian dan lembaga terkait hadir dalam peluncuran.

"Pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap aktivitas riset, termasuk mengupayakan kelengkapan laboratorium. Sejalan dengan prioritas Bapak Presiden (Jokowi) untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia," ujar M. Nasir dalam acara peluncuran tersebut.

Pengembangan budaya maritim dan pemanfaatan sumber daya maritim merupakan salah satu prioritas Indonesia sebagai negara maritim. Kegiatan riset dalam bentuk ekspedisi laut merupakan kunci bagi peningkatan daya saing maritim Indonesia di masa depan.

Ekspedisi tersebut menggunakan kapal riset Baruna Jaya 8, yang rencananya akan dilakukan selama 15 hari dan melibatkan 30 peneliti dari kedua negara. Lokasi ekspedisi adalah Selat Sunda ke arah timur menuju perairan Cilacap dan dilakukan pada kedalaman 500 hingga 2000 meter di bawah permukaan laut.

Kegiatan penelitian akan difokuskan pada pengumpulan sampel dari berbagai organisme laut alam yang biasanya sulit didapatkan, seperti Crustacea (kepiting dan udang), Mollusca (kerang), Porifera (spons laut), Cnidaria (ubur-ubur) Polychaeta (cacing), Echinodermata (bintang laut dan bulu babi), dan ikan. Studi tentang sampel-sampel itu diperkirakan akan selesai pada 2020.

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018