Magelang (ANTARA News) - Ribuan umat Tri Dharma dari 57 kota di Pulau Jawa dan Bali mengikuti kirab akbar ritual dan budaya ruwat bumi yang diselenggarakan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD), kelenteng Liong Hok Bio, Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu.

Dalam acara Jut Bio (kirab keliling kota) tersebut, setiap kelompok memikul Kim-Sien atau dewa-dewi yang dimuliakan di masing-masing TITD.

Ketua Pembina Yayasan Tri Bakti Magelang, David Herman Jaya mengatakan tradisi jut bio tersebut dilaksanakan para umat TITD dengan tujuan untuk mengusir sekaligus membersihkan segala bencana di seantero kota.

Selain itu, kegiatan kirab tersebut juga sebagai sarana bagi kongco-makco ( dewa-dewi) untuk mendengar keluhan dari rakyat yang merasa tertindas.

Menurut dia bagi umat Tri Dharma mengusung kio atau joli (tandu) yang dijadikan tempat untuk mengusung Kiem-Sien Hok Tek Tjing Sin (Dewa Bumi) tersebut mempunyai kepercayaan akan mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

"Dewa Ho Tek Tjing Sin dihormati oleh kaum petani karena sebagai dewa pelindung. Sedangkan bagi kaum pedagang, dewa tersebut sebagai roh suci yang mendatangkan rezeki dan pelindung keselamatan," katanya.

Ia mengatakan dalam jut bio yang dilaksanakan di Kota Magelang ini sangat istimewa, karena para peserta berasal dari berbagai kota di Pulau Jawa ini melewati "Kampung Pancasila" di jantung Kota Magelang.

Yakni melewati tempat-tempat ibadah yang berdiri di sekitar Alun-Alun Kota Magelang, Masjid Agung Kauman Magelang yang didirikan tahun 1812 yang ada di sisi barat Alun-Alun Kota Magelang, Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Bethel ( 1817) di sisi utara alun-alun, Gereja Katholik Santo Ignatius (1890) sebelah barat daya alun-alun dan Klenteng Liok Hok Bio sendiri yang didirikan pada 1864 di sisi tenggara alun-alun.

Kelenteng Liong Hok Bio tersebut dijadikan tempat sembahyang tiga agama, yakni Buddha, Khonghucu dan Tao.

Ia menuturkan kegiatan kirab keliling kota sambil memikul Kim-Sien yang TITD Liong Hok Bio ini dalam rangka peringatan ulang tahun ke-154, kelenteng yang pertama kali didirikan oleh Kapiten Be Koen Wie (Tjok Lok) pada tahun 1864 dan peresmian purnapugar bangunan bersejarah tersebut setelah terbakar pada 16 Juli 2014.

Menurut dia setelah kelenteng ini terbakar habis pada Juli 2014, pengurus Yayasan Tri Bakti dan pengurus Kelenteng Liong Hok Bio bangkit dari kesedihan dan mengkaji ulang penempatan lilin yang ada di kelenteng tersebut, yakni hanya menempatkan lilin di depan tiga dewa utama. Selain itu, juga menempatkan sejumlah tenaga keamanan secara bergantian.

Meskipun bangunan Kelenteng Liong Hok Bio tersebut dipugar total, karena ludes terbakar, dalam pembangunan kembali tidak menghilangkan bentuk aslinya. Selain itu, ornamen-ornamen yang ada di bangunan baru tersebut masih seperti yang dulu.

"Bahkan, bangunan kelenteng yang lebih megah dan kokoh ini juga memperindah Kota Magelang," katanya.

Baca juga: Kelenteng tua Liong Hok Bio Magelang terbakar
Baca juga: Kelenteng Magelang bagikan bahan pokok sambut Imlek

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018