Jakarta (ANTARA News) - Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi mengatakan kunci untuk mengatasi masalah sampah plastik, salah satunya dengan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

"Satu-satunya kunci mengatasi masalah sampah plastik adalah mengurangi konsumsinya. Daur ulang tidak akan pernah cukup sebagai solusi," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Tren konsumsi kemasan plastik sekali pakai terus meningkat. Salah satunya bisa dilihat dari perkembangan produksi air minum dalam kemasan, di mana sebesar 40 persen dari produksinya berupa air dalam botol.

Atha mengatakan perilaku tersebut adalah gaya hidup yang berbahaya bagi lingkungan. Oleh sebab itu, dibutuhkan penerapan kebijakan yang lebih tegas dari pemerintah dan terobosan perubahan model bisnis dari produsen menuju pengurangan penggunaan kemasan sekali pakai, serta masyarakat juga harus mengubah perilaku sehari-hari dengan menjauhi kemasan sekali pakai.

Baca juga: Pengurangan sampah plastik perlu perubahan perilaku

Lebih lanjut dia mengatakan, hanya sembilan persen saja sampah plastik di seluruh dunia yang didaur ulang, dan sebagian besar sisanya sangat mungkin berakhir di tempat pembuangan sampah, saluran air, mencemari sungai dan lautan.

Temuan partikel plastik pada sejumlah merek minuman kemasan semakin memperkuat urgensi pengurangan konsumsi kemasan plastik sekali pakai.

"Dalam momentum peringatan hari air dunia, kita tidak boleh lupa akan masalah serius dari ketersediaan dan buruknya kualitas sumber-sumber air minum kita yang disebabkan oleh konsumsi yang tidak berkelanjutan, lemahnya sistem pengelolaan sampah, polusi bahan kimia industri dan polutan lainnya. Kita harus segera mengendalikan konsumsi kemasan plastik sekali pakai," katanya.

Baca juga: Pemerintah perlu regulasi larang produk plastik
Baca juga: 2025 Indonesia bebas dari sampah plastik di laut

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018