Jakarta (ANTARA News) - Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mendesak pemerintah dan DPR RI secara serius bersinergi untuk melindungi TKI di luar negeri dan jangan saling menyalahkan serta lepas tanggung jawab.

Sekretaris Jenderal SBMI Bobby Alwi dalam keterangan pers di Jakarta, Senin menyatakan, jika lembaga negara hanya mementingkan kepentingan golongan, maka cita-cita untuk melindungi buruh migran hanya angan-angan belaka.

Bobby menjelaskan, pemerintah melalui eksekutif atau legislatif harus satu suara untuk mendesak Pemerintah Arab Saudi melakukan pertemuan membahas perlindungan TKI yang dituangkan dalam "Memorandum of Agreement" (MoA).

Bobby mengungkapkan, Pemerintah RI dan Arab Saudi sudah menyetujui membuat payung hukum atau peraturan tentang perlindungan TKI. Hasilnya, pada 2015 sebenarnya Pemerintah Arab Saudi sudah menyerahkan draf MoA kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Ketenagakerjaan.

"Draf itu itu sebenarnya sudah cukup lengkap untuk melindungi para TKI. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Ketenagakerjaan sudah mengganggap lengkap draf tersebut," kata Bobby.

Setelah dipelajari oleh pemerintah, draf MoA tersebut diserahkan ke DPR untuk dibahas. Tapi ternyata MoA itu tersendat di DPR lantaran alotnya pembahasan di fraksi dan banyaknya kepentingan antarfraksi di DPR.

"Sampai sekarang draf tersebut tidak jelas nasibnya. Pembahasan di DPR sangat alot dan banyak kepentingan, padahal MoA itu sangat menjamin perlindungan dan keamanan bagi TKI," ungkapnya.

Hal itulah yang sangat disayangkan, apalagi draf itu, kata Bobby, mengatur tentang hak dan kewajiban para buruh migran.

"Karena itu, semua lembaga negara harus bersinergi, hilangkan semua ego sektoral untuk melindungi nasib TKI. Pemerintah harus kembali merumuskan ulang MoA bersama Arab Saudi," katanya.

Pewarta: Sri Muryono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018