Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi memberikan pandangan dan evaluasinya terkait dengan hubungan dan kerja sama Arab Saudi dan Indonesia setahun setelah kunjungan Raja Salman ke Indonesia awal Maret lalu.

Dubes Osama mengatakan kedua negara memiliki potensi untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama di berbagai sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.

Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Al-Irsyad menghadirkan Dubes Osama dalam diskusi terbatas bertema "Hubungan dan Kerja Sama Indonesia-Arab Saudi, Setahun Setelah Kunjungan Raja Salman ke Indonesia" di Jakarta dan dihadiri antara lain oleh Ketua Umum DPP Perhimpunan Al Irsyad dr. Basyir Syawie, Direktur Urusan Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Sunarko, Kepala Program Studi Timur Tengah Universitas Indonesia M. Luthfie Zuhdi PhD dan Wakil Ketua Kadin Urusan Timur Tengah dan OKI, Mohamad Bawazier.

"Para pejabat kedua negara menindaklanjuti kesepakatan-kesepakatan yang dicapai saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo," kata Dubes Osama.

Menurut dia, Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya dan banyak, dan mempunyai daya tarik bagi pengusaha Arab Saudi untuk menanam modal dan wisatawannya untuk berlibur.

Pada awal Maret 2017, Raja Salman Bin Abdulaziz Al Saud melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia. Ini merupakan kunjungan kedua setelah sebelumnya 47 tahun lalu Raja Faisal bin Abdulaziz bin Abdurrahman as-Saud juga mengunjungi Indonesia.

Dalam kunjungan kenegaraan Raja Salman, sebanyak 11 kesepakatan kerja sama antara kedua negara di berbagai sektor telah ditandatangani. Pernyataan bersama kedua kepala pemerintahan menekankan agar kerja sama itu perlu segera direalisasikan dan untuk mewujudkan rencana itu kedua pemerintahan membentuk tim percepatan kerja sama.

Presiden Joko Widodo yang telah mengunjungi Arab Saudi tahun 2015 telah menugaskan menteri energi dan sumber daya mineral sebagai ketua tim dan Raja Salam menunjuk Putera Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman.

Hubungan Indonesia dan Arab Saudi yang merupakan dua negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan G-20, selain sebagai anggota Perserikatan Bangsa-bangsa dan Geerakan Non Blok (GNB) tak perlu diragukan lagi.

Hubungan di bidang sosial-budaya, misalnya kuat dan kokoh walaupun perdagangan keduanya mengalami pasang surut, kata Luthfie. "Indonesia menarik minta para investor dari berbagai negara dan termasuk dalam 10 besar negara di dunia yang diminati untuk tanam modal".

Menurut dia, para pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Al-Irsyad dapat membuat "sebuah jembatan" dan menjadi mitra dagang para pengusaha Arab Saudi dan Timur Tengah.

Mohammad Bawazier, yang juga salah seorang pimpinan DPP Perhimpunan Al-Irsyad dan memilki usaha di bidang minyak dan gas, menyarankan para pengusaha Indonesia agar bersabar dan jangan patah semangat dalam berbisnis dengan mitra-mitra mereka di Timur Tengah dan Teluk.

"Ada pengusaha Indonesia yang sukses berbisnis di kawasan itu setelah lebih 30 kali pertemuan tetapi juga agar berhati-hati karena di kedua pihak, ada yang merasa `ditipu`," katanya.

Karena itu, menurut dia, para pengusaha sebaiknya juga jangan bertransaksi secara online.

Berbagai usaha untuk menarik investor dari kedua pihak telah dilakukan. Misalnya, sebanyak delapan pengusaha asal Yaman di Arab Saudi baru-baru ini mengadakan pertemuan di Wisma Konsul Jenderal RI Jeddah yang dikemas dalam "business gathering" untuk merintis hubungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia.

Kehadiran kalangan pebisnis di Wisma Konjen ini dimotori oleh seorang importir produk ban buatan Indonesia, yaitu pemilik Perusahaan Bin Sihon Grup.

Mereka berasal dari beragam lini usaha seperti produk karet dan turunannya, produk hasil hutan, properti, emas dan perhiasan, makanan dan minuman.

Menurut tim ekonomi dan perdagangan selaku pemrakarsa acara itu, tujuan pertemuan tersebut ialah untuk memfasilitasi pelaku usaha asal Yaman yang berada di luar negeri guna merintis hubungan perdagangan, menjajaki peluang investasi dan prospek pariwisata di Indonesia.

Perwakilan pengusaha itu mengemukakan bahwa Indonesia dan Yaman mempunyai hubungan yang erat dalam berbagai bidang dengan masyarakat Indonesia.

Masyarakat Yaman sangat dikenal di Indonesia sebagai kaum pendatang yang memperkenalkan agama Islam ke penduduk Indonesia yang majemuk. Indonesia dan Yaman memiliki kedekatan kultural-historis.

Pendatang Yaman kala itu diterima hangat oleh masyarakat Indonesia sebagai pedagang atau saudagar. Selain kepentingan berdagang, kalangan saudagar itu membawa misi dakwah mengajak penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Mereka di kalangan masyarakat Indonesia dikenal dengan sebutan "habib", yaitu orang yang memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Tak heran keturunan mereka di Indonesia memiliki profesi beragam. Ada yang menjadi dosen, peneliti bahkan menjadi pejabat tinggi negara.

Guna menindaklanjuti pertemuan tersebut, tim ekonomi dan perdagangan KJRI Jeddah mengagendakan kunjungan rombongan pengusaha asal Yaman ke Indonesia pada April mendatang.

KJRI Jeddah akan membantu mengupayakan kemudahan pengurusan visa kunjungan bisnis ke Indonesia bagi para pengusaha yang berkomitmen untuk menjalin dan memajukan hubungan dagang dan menjajaki peluang investasi.

"Kami sedang berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM dengan menyampaikan rekomendasi untuk memberikan kemudahan visa kunjungan bagi pengusaha Yaman," ungkap Konjen RI Jeddah Mohamad Heru Saripudin.

Ali Saleh Al Sohaibi, pemimpin Bin Shihon Grup menyampaikan kegembiraannya atas upaya tersebut.

Produk ban
Produk ban merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi dan memiliki pangsa pasar yang relatif besar di negara itu.

Pada awal tahun 2017, sebuah lembaga riset bernama "Peristence Research Market" menyatakan bahwa kebutuhan ban di Arab Saudi pada tahun 2032 akan mengalami pertumbuhan permintaan sebesar 3,2 kali lipat, dibandingkan pada tahun 2016.

Berdasarkan perhitungan dengan metode Compound Annual Growth Rate (CAGR), kebutuhan ban di Arab Saudi pada tahun 2016 sebesar 22.606.000 unit per tahun, tahun 2017 sebesar 24.415.000 unit per tahun, tahun 2018 sebesar 26.368.000 unit per tahun, tahun 2019 sebesar 28.478.000 unit per tahun dan pada tahun 2020 kebutuhan ban sebesar 30.756.240 unit per tahun. Ini artinya pertumbuhan permintaan produk ban mengalami peningkatan sebesar delapan persen per tahun.

Dari perhitungan pertumbuhan tersebut di atas, permintaan yang paling menonjol adalah permintaan pada jenis truk ringan dan permintaan dari mobil berpenumpang di Arab Saudi.

Peningkatan permintaan kebutuhan ban dapat mendorong perusahaan-perusahan untuk melakukan investasi pembangunan industri ban di Arab Saudi dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku utama (karet sintetis).

Melihat peluang yang begitu besar tersebut, Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah telah aktif melakukan komunikasi dengan berbagai pengimpor ban dari Arab Saudi untuk terus memfasilitasi beberapa perusahaan importer ban dari negara itu untuk didorong melakukan "buying mission" ke Indonesia.

Salah satu perusahaan yang sangat kooperatif untuk menjalin komunikasi dengan Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah adalah perusahaan Bin Sihon dan Bahakam Co & Sons.

Bin Sihon adalah perusahaan Arab Saudi yang bergerak antara lain di bidang importasi produk ban, baterai, minyak pelumas, truk, mesin, peralatan rumah tangga, produk plastik dan kemasan, perusahaan konstruksi dan real estat, dan perusahaan patungan.

Sedangkan PT Bahakam Co & Sons Ltd adalah mitra perusahaan Bin Sihon yang juga menyatakan tertarik untuk mencari produk ban dari Indonesia. Selain produk ban kedua perusahaan itu juga tertarik untuk mencari produk batere dari Indonesia.

Arab Saudi merupakan satu negara dengan angka tertinggi nilai per kapita kendaraan secara global. Karena kondisi cuaca ekstrim, periode penggantian ban yang relatif pendek merupakan alasan utama untuk meningkatkan penjualan ban pengganti di negara itu. Permintaan ban untuk tahun-tahun mendatang berdasarkan pada tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar delapan persen. Tidak ada persaingan dari produsen dalam negeri karena tidak ada produksi lokal ban di KSA.

Gunawan, Kepala ITPC Jeddah dan anggota Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah menambahkan spesifikasi desain ban untuk mobil ringan juga disesuaikan spesifikasi mobil yang digunakan. Ban yang digunakan untuk mobil ringan harus mampu menahan beban dan momentum yang terjadi pada saat kendaraan dipacu dengan kecepatan lambat, sedang dan kecepatan tinggi. Momentum yang terjadi pada saat kendaraan dipacu dengan kecepatan lambat, sedang dan kecepatan tinggi.

"Produk karet Indonesia termasuk produk ban mempunyai pangsa pasar yang besar di Arab Saudi," katanya.

Bumbu masak dan bahan makanan
Setelah lulus dari serangkaian pengujian yang dilakukan oleh Saudi Food and Drug Authority (SFDA) Arab Saudi dan juga dengan melihat peluang potensi pasar makanan dan minuman di Arab Saudi, PT Sasa sebagai produsen utama bumbu masak dan bahan makanan Indonesia bekerja sama dengan Sami Alkhatiri Est sebagai perusahaan mitra lokal Arab Saudi siap untuk membangun pabrik di Arab Saudi guna memenuhi permintaan pasar di wilayah Timur Tengah.

PT Sasa Inti dan Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah berpromosi dan melakukan serangkaian pertemuan "business to Business:" dengan buyers, Festival makanan dan Minuman Indonesia yang digelar pada saat Pesta Rakyat di Wisma KJRI Jeddah serta rangkaian Demo Memasak dengan produk Sasa di beberapa kawasan wisata di Arab Saudi.

Konsul Jenderal R.I Jeddah, M Hery Saripudin mengatakan bahwa seluruh warga negara Indonesia yang tinggal di Arab Saudi merupakan duta promosi produk Indonesia termasuk produk dari Sasa. Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah sebagai motor penggerak dalam mendongkrak ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi berusaha dengan seluruh potensi yang ada dengan bekerja keras mempromosikan produk Sasa agar dapat diterima oleh masyarakat Arab Saudi.

Kunci sukses promosi ini dengan melakukan mendekatan yang lebih intensif dan efektif kepada seluruh warga negara Indonesia dan juga para diaspora Indonesia yang bekerja di Arab Saudi.

Besarnya warga Indonesia yang melakukan ibadah Haji dan Umroh serta mukimin yang tinggal di Arab Saudi ini merupakan pasar potensial atau captive market bagi produk-produk Indonesia khususnya produk makanan dan minuman.

Selain pasar yang sudah ada, masyarakat arab Saudi sudah sangat mengenai Indonesia dengan baik dan menganggap Indonesia sebagai rumah kedua bagi warga Arab Saudi, sehingga tidak berlebihan jika masyarakat Arab sangat familiar dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Indonesia.

Hal ini merupakan peluang sendiri bagi Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah untuk terus melakukan eksplorasi inovasi makanan dari Indonesia untuk terus dipromosikan di pasar Arab Saudi.

Masyarakat Arab Saudi sudah sangat mengenal bakso, sate, nasi goreng, rendang sehingga dalam kurun waktu lima tahun terakhir banyak bermunculan atau penambahan cabang-cabang rumah makan Indonesia di Arab Saudi seperti pembukaan Bakso Mang Oedin di depan Masjid Terapung, Pembukaan Rumah Makan Wong Solo di Balad Jeddah, pembukaan Rumah Makan Mr Sate di kawasan Syarfiah Jeddah danpPembukaan cabang restoran Batavia di kota Madinah.

Gunawan menambahkan bahwa Kelompok komoditas makanan dan minuman merupakan salah satu dari 10 komoditi potensial yang masuk ke pasar Arab Saudi. Komoditi utama dan komoditas potensial lainnya yaitu automotif, produk sawit, ikan dan pengolahan ikan, produk karet dan pengolahan karet (termasuk ban/tire), kayu lapis/plywood, pulp and paper, tekstil dan produk tekstil, furnitur, home d?cor dan material building juga sudah lama membanjiri pasar Arab Saudi.

Untuk menarik warga Arab Saudi datang ke Indonesia, para pengelola biro perjalanan menawarkan paket wisata "napak tilas" perjalanan Raja Salman mulai dari Jakarta hingga Bali.

"Jumlah warga Saudi yang berkunjung ke Indonesia meningkat dan begitu juga frekwensi penerbangan dan lama tinggal mereka di sini," kata sunarko.
 

Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018