Pekanbaru (ANTARA News) - Direktorat Reserse Narkoba Kepolisian Daerah Riau menyatakan penyelundupan narkoba ke Bumi Lancang Kuning masih mangandalkan wilayah pesisir sebagai jalur utama masuknya barang haram tersebut.

Direktur Narkoba Polda Riau, Kombes Pol Haryono di Pekanbaru, Kamis, mengatakan kesimpulan itu didasarkan pada pengungkapan sejumlah kasus narkoba dengan barang bukti yang tidak sedikit yang berhasil diungkap jajarannya dalam sebulan terakhir.

"Kita melihat jalurnya sama, melalui Pulau Rupat (Bengkalis), Dumai, lalu ke Pekanbaru," katanya.

Menurut dia, metode yang digunakan para penyelundup selalu sama, yakni melalui pelabuhan tikus yang tersebar di sepanjang garis pantai dan sungai-sungai di pesisir Riau tersebut. Kemudian, barang haram dilansir oleh kurir untuk kemudian di bawa ke sejumlah daerah, termasuk Pekanbaru.

Menurut dia, jaringan mereka selalu terputus. Antara kurir, pemasok hingga penadah tidak saling kenal. Untuk itu, dia mengatakan pihaknya memberikan atensi penuh guna pengamanan di wilayah pesisir Riau tersebut.

"Beberapa waktu lalu kita sudah rapat dengan Bea Cukai dan Polisi Perairan. Begitu juga dengan Polres-Polres di wilayah pesisir. Kita lakukan pemeriksaan kapal-kapal dari luar negeri," jelasnya.

Dia mengakui, upaya tersebut belum menunjukkan hasil maksimal lantaran pihaknya masih sering mengungkap penyelundupan narkoba, terutama saat barang haram itu telah berada di tangan kurir dan dibawa ke Pekanbaru.

"Namun upaya kita minimal mempersempit jaringan mereka," ujarnya.

Ditresnarkoba Polda Riau pekan lalu mengungkap dua sindikat peredaran narkoba jaringan internasional dengan barang bukti 7,5 kilogram sabu-sabu serta 5.000 butir pil ekstasi dengan nilai mencapai Rp12,7 miliar dari tangan lima tersangka.

Seluruh barang bukti itu diduga kuat berasal dari Malaysia, dan masuk melalui jalur pesisir Riau yakni Rupat dan Dumai. Sementara medio Maret 2018, Polda Riau juga berhasil mengungkap empat kilogram sabu-sabu senilai Rp6 miliar yang juga masuk dari wilayah pesisir.

Melengkapi Haryono, Kepala Bidang Humas Polda Riau, Kombes Pol Guntur Aryo Tejo mengatakan maraknya penyelundupan narkoba di Riau pertama karena faktor posisi.

Baca juga: Kapolda Riau: personel kurang awasi narkoba di perairan

"Selat Malaka adalah salah satu jalur laut paling ramai di dunia. Penyelundupan masuk dari sana, lalu melalui pelabuhan-pelabuhan tikus," katanya.

Guntur mengatakan, dibutuhkan sinergi rapi dari beragam lintas sektoral, seperti TNI, Badan Narkotika Nasional, Bea dan Cukai hingga masyarakat dalam upaya memberantas narkoba.

Dirinya menuturkan, komunikasi tersebut terus dilakukan. Koordinasi juga terus ditingkatkan. Targetnya adalah pelabuhan-pelabuhan tikus di daerah pesisir, yang membentang dari Rokan Hilir hingga Indragiri Hilir. Panjangnya mencapai lebih 1.200 kilometer.

Untuk itu, Polda Riau secara khusus memberikan perhatian penuh memperkuat jajaran di daerah pesisir. Guntur juga mengatakan sesuai perintah Kapolda Riau, Inspektur Jenderal Polisi Nandang, Polda Riau diminta terus menjalin komunikasi dengan masyarakat, terutama nelayan.

"Informasi masyarakat, kecurigaan mereka, itu sangat kita butuhkan. Perintah Pak Kapolda, seluruh informasi ke polisi itu dilindungi. Informasi sangat penting bagi kita mencegah dan berantas narkoba," katanya.

BNN menilai, sedikitnya terdapat lima pintu masuk utama narkoba ke Provinsi Riau. Diantaranya Kota Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis, Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir. Seluruh daerah itu merupakan wilayah pesisir Riau.

Baca juga: BNN: terdapat 110.000 pecandu narkoba di Riau
Baca juga: Sebuah pulau tak bernama di Riau jadi tempat penyimpanan narkoba

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018