Tangerang Selatan (ANTARA News) - Industri alas kaki nasional siap membidik posisi ketiga di dunia, naik dari posisi empat setelah China, India dan Vietnam.

“Tahun 2018 kita targetkan di tiga besar dengan banyaknya intervensi pemerintah dan kemudahan yang diberikan,” kata Direktur Industri Kecil Menengah Sandang, Aneka dan Kerajinan Kementerian Perindustrian E Ratna Utarianingrum di Tangerang Selatan, Selasa.

Ratna menyampaikan hal itu saat meresmikan acara ‘Makers Talk’ di Universitas Prasetya Mulya, BSD, Tangerang Selatan, Selasa.

Ratna memaparkan, sebanyak 86 persen alas kaki di dunia diproduksi oleh Asia, di mana China mengambil bagian 80 persen di antaranya. Sedangkan 6 persen lainnya terbagi di tiga negara, yaitu India, Vietnam dan Indonesia.

"Pangsa pasar kita 3,3 persen di dunia," ujar Ratna.

Kendati demikian, total produksi alas kaki Indonesia berbeda sedikit dengan Vietnam, yang menjadikan negara tersebut di posisi nomor tiga.

Produksi alas kaki Indonesia mencapai 1,1 miliar pasang per tahun, dengan 800 juta pasang di antaranya merupakan konsumsi dalam negeri dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan ekspor, terutama dengan tujuan Eropa dan Amerika Serikat.

"Dari 1,1 miliar itu, terdapat sebagian yang produksi IKM (Industri Kecil Menengah) juga," ujarnya.

Sementara total produksi alas kaki Vietnam mencapai 1,2 miliar pasang per tahun, sebagian besarnya diekspor ke berbagai negara.

Menurut Ratna, selain keunggulan dari sisi total produksi, Vietnam juga diuntungkan dengan letak geografis yang dekat dengan China, sehingga memiliki akses pasar ekspor lebih mudah.

Untuk itu, lanjutnya, Indonesia akan terus menambah kapasitas kemampuannya dalam segi persepatuan, baik dari sisi desain, manajemen, hingga distribusi.

Melalui Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), Kemenperin berupaya menambah keahlian para perajin sepatu nasional, yang alumninya sudah berjumlah 8.000 orang sejak 2009 didirikan.

"Selain menjaring wirausaha baru bidang sepatu, BPIPI juga memberi pembinaan untuk perajin yang sudah menjalankan usahanya dan menemukan berbagai masalah," ungkap Ratna.
 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018