Denpasar (ANTARA News) - Penyelenggaraan lomba layang-layang bertaraf internasional yang lazim disebut `Bali Kite Festival (BKF)` sejak 1980, memberi dampak positif terhadap perajin di Pulau Dewata, yakni mampu menciptakan matadagangan ekspor. Layangan yang dibuat perajin dalam berbagai jenis dan ukuran, dihiasi lukisan gaya abstrak, menjadi mata dagangan ekspor terutama ke Italia, Belgia dan Amerika Serikat, kata Made Asmara perajin asal Tabanan, Bali, Kamis. "Kami mampu memenuhi permintaan layangan yang dilukis bergaya abstrak dari berbagai rupa serta warna sesuai keinginan konsumen," kata pria kurus itu yang mengaku menggarap pesanannya bersama 10 perajin. Layangan yang dihiasi lukisan, laris ke pasaran ekspor berkat gagasan daerah ini menyelenggarakan lomba layang-layang bertaraf internasional `Bali Kite Festival (BKF)` sejak 27 tahun silam. Lomba layangan yang diikuti para penggemar masyarakat Pulau Dewata, juga wisatawan mancanegara seperti dari Australia, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, berlangsung setiap bulan Agustus di Denpasar. Jenis layangan yang biasa dilombakan dalam arena bertaraf antarbangsa itu biasanya yang populer di kalangan masyarakat Bali, seperti pucuk dua, bebean (bentuk ikan), janggan (bentuk naga) dan jenis kreasi lainnya dari berbagai ukuran. Tetapi lain halnya yang menjadi mata dagangan ekspor, umumnya layangan berukuran kecil yang mudah dikemas karena dijadikan barang suvenir, kata Made yang mengaku dirinya baru menggeluti kerajinan itu sejak dua tahun lalu. Di Gianyar terutama di Singapadu dan Sukawati, muncul kerajinan layangan untuk ekspor dengan desain yang berkembang sesuai permintaan pasar dan dapat dikemas secara rapi, sehingga gampang dibawa hingga ke negeri konsumen. Layangan kreasi yang laris di pasaran ekspor adalah jenis kreasi seperti layangan yang menyerupai beberapa jenis kodok, capung, burung, patung `Garuda Wisnu` dan `Dewi Sri`, serta berupa kuda laut bersayap. Berkat maraknya permainan layangan, di berbagai negara muncul museum layangan seperti di Jerman, AS maupun di sejumlah negara di Asia termasuk di Jakarta. Dunia layang-layang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007