Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan permohonan maaf kepada pengguna kereta api di Stasiun Duri yang dalam beberapa hari ini mengalami kekacauan karena terjadi penumpukan penumpang sehingga menimbulkan keresahan.

"Saya atas nama pribadi, pemerintah dan PT KAI megucapkan maaf atas kejadian yang tidak sesuai dengan layanan perjalanan kereta api," kata Menhub Budi Karya kepada pers di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut disampaikan usai dirinya bertemu dengan perwakilan kelompok kumunitas pencinta kereta api, PT KAI, PT Railink untuk mencari solusi atas semerawutnya penumpang kereta api di Stasiun Duri yang ramai diviralkan di media sosial.

Pengurangan perjalanan kereta dan penggunaan jalur reguler untuk kereta Bandara Soekarno-Hatta membuat waktu tunggu penumpang kereta komuter lintas Duri-Tangerang di Stasiun Duri menjadi lebih lama hingga menyebabkan kepadatan yang cukup parah.

Akibatnya, penumpang yang berada di Stasiun Duri menumpuk sementara kapasitas tampung stasiun tersebut tak mampu menampung jumlah penumpang yang berada di lokasi tersebut.

Menhub mengatakan, pemerintah berjanji akan melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kondisi tersebut, sehingga nantinya tidak ada lagi penumpukan penumpang di stasiun dan frekuensi perjalanan kereta api listrik (KRL) dan kereta bandara tidak terganggu.

"Pemerintah akan berusaha memberikan layanan yang baik untuk masyarakat sehingga tidak ada lagi ketidaknyamanan penumpang KRL," kata Menhub.

Dialog dengan komunitas pecinta kereta api, dinilai Menhub sangat konstruktif dan pemerintah mendapat banyak masukan dari mereka yang pada intinya bisa digunakan untuk memberikan kebaikan bagi masyarakat dan pemerintah.

Menhub menambahkan saat ini keberadaan kereta bandara Soekarno-Hatta sudah dianggap mendesak karena jalan arteri maupun jalan tol dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta sudah sangat padat.

Oleh karena itu, pengadaan Kereta bandara Soekarno-Hatta sudah harus dilakukan, walaupun masih menggunakan rel eksisting. Sebab jika harus menunggu rel khusus akan memakan waktu yang sangat lama, karena akan menyangkut pembebasan lahan.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018