Jakarta (ANTARA News) -Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut hasil pemodelan tentang tsunami Pandeglang,Jawa Barat adalah konsumsi akademis dan bukan untuk umum.

Hal ini disampaikan BPPT menanggapi keresahan yang terjadi di masyarakat atas kabar pemodelan tsunami 57 meter di Pandeglang. BPPT juga meminta masyarakat untuk tak khawatir.

"Permohonan maaf BPPT kepada masyarakat Indonesia yang terdampak sekiranya hasil studi awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat, yang seharusnya hanya untuk konsumsi akademis ini, telah membuat keresahan masyarakat," kata Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT Widjo Kongko di Jakarta, Jumat.

BPPT menjelaskan informasi dari pemberitaan terkait pemodelan tsunami itu berawal dari kegiatan seminar ilmiah BMKG yang berjudul `Sumber-sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat` pada 3 April 2018.

Paparan terkait potensi tsunami di Jawa bagian Barat adalah di sesi terakhir dari seluruhnya 4 sesi, dan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.

BPPT menjelaskan paparan di seminar itu masih merupakan kajian awal yang menyebut tsunami bisa terjadi jika ada gempa bumi megathrust.

Data ini berasal dari buku `Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017` yang disusun oleh Pusat Studi Gempa Nasional PusLitBang Perumahan & Pemukiman BaLitBang Kementerian PUPR.

Peta yang disebutkan di atas, telah menyebutkan dan menggambarkan tiga Potensi Gempabumi "Megathrust" di lokasi yang terdekat dengan wilayah kajian yang terdiri: Enggano (M8.4), Selat Sunda (M8.7), dan West-Central Java (M8.7).

Tiga Potensi Gempa bumi ini jika terjadi akan menyebabkan tsunami yang berdampak besar di wilayah Sumatra Bagian Selatan, Selat Sunda, dan Jawa Bagian Barat.

Potensi tsunami di Jawa Bagian Barat adalah hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer, menggunakan sumber tsunami dari gempabumi di no 3 dengan berbagai variasi skenario yang seluruhnya ada enam skenario.

Potensi skenario terburuk adalah jika tiga gempa bumi "megathrust" itu terjadi secara bersamaan dengan skala M9 dan menimbulkan tsunami.

Data yang dipakai pada simulasi ini menggunakan data sekunder GEBCO dengan resolusi rendan (900 m). Titik pengamatan tinggi dan waktu tiba tsunami meliputi tiga provinsi yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan 10 Kabupaten dan dua Kota. wilayah tersebut adalah Bekasi, Jakarta-Utara DKI, Tangerang, Serang, Banten, Cilegon Banten, Pandeglang, Lebak, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.

Hasil simulasi model komputer dari skenario terburuk mengindikasikan potensi ketinggian tsunami di wilayah pantai utara Jawa Bagian Barat yakni Bekasi hingga Serang adalah maksimum hingga 25 m, dan di wilayah pantai barat-selatan dari Pandeglang hingga Ciamis adalah maksimum hingga 50 m, dengan catatan hasil simulasi ini adalah kajian awal dan masih menggunakan data sekunder dengan resolusi rendah.

Terkait dengan hasil kajian awal Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat yang telah disampaikan di atas, maka perlu dilakukan tindak lanjut berupa kajian dengan menggunakan data yang lebih akurat, khususnya didaerah perairan pantai.

BPPT mengimbau masyarakat untuk tenang, dan tetap beraktifitas seperti biasa dan tetap meningkatkan kewaspadaan, serta tetap mengacu kepada informasi dari BMKG dan atau BNPB sebagai lembaga resmi yang mendapat mandat resmi pemerintah untuk memberikan peringatan gempa bumi dan tsunami kepada masyarakat.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018