Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Rabu sore, menguat seiring dengan meredanya kekhawatiran perang dagang terbuka antara China dan Amerika Serikat.

Rupiah ditransaksikan pada Rp13.738 per dolar AS, naik 13 poin dari posisi hari sebelumnya Rp13.751 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan bahwa setelah kekhawatiran perang dagang mereda, aset mata uang berisiko seperti rupiah kembali diminati oleh pelaku pasar sehingga cenderung mengalami apresiasi terhadap dolar AS.

"Pasca pernyataan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang akan membuka pintu hubungan dagang global, kini investor mulai melirik aset berisiko," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, apresiasi rupiah masih dibayangi oleh hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 21-22 Maret 2018 lalu, yang sedianya akan dirilis pada pekan ini. Pasar menanti sinyal seberapa agresif The Fed akan menaikan suku bunganya pada 2018 ini.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan bahwa optimisme pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia juga berperan penting dalam menopang mata uang rupiah di pasar valas.

"Jika dolar AS terus melemah, maka rupiah masuk tren penguatan menguji ke level Rp13.730 per dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (11/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.747 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.759 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018