Meulaboh, Aceh (ANTARA News) - Tiga peneliti dari Universitas Teuku Umar (UTU) Kabupaten Aceh Barat, merekomendasikan penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai bahan pembakar batu bata karena lebih efektif ketimbang menggunakan kayu bakar.

"Disamping efektivitas secara ekonomis, pemanfaatan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pembuatan batu bata ini, bertujuan untuk melestarikan hutan dari aktivitas penebangan kayu,"kata salah seorang peneliti, Said Achmad Kabiru Rafiie, SE, MBA, di Meulaboh, Rabu.

Tiga orang akademisi melakukan penelitian lapangan terhadap pemanfaatan cangkang kelapa sawit di lokasi pembuatan batu bata manual di kawasan Gunong Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Rabu, siang.

Dua penelitian lain, Andrisman Satria, ST MEng, serta Dedy Darmansyah, ST, MSi, menyampaikan hasil penelitian mereka itu kepada managerial perusahaan perkebunan kelapa sawit PT KaryaTanah Subur (KTS) Groub Astra Agro Lestari (Tbk).

Pemanfaatan bahan baku dasar dari cangkang kelapa sawit itu merupakan inovasi baru dalam penghematan energi dan sumber daya alam, karena setelah dilakukan penelitian cangkang kelapa sawit dapat dijadikan sebagai bahan bakar, untuk pembuatan batu bata.

Said Achmad, menyampaikan, selama ini masyarakat pengrajin membuat batu bata manual menggunakan kayu bangunan/ olahan sebagai bahan utama pengapian saat proses pembakaran pembuatan batu bata.

"Selama ini, kayu yang dipakai oleh pengrajin merupakan bahan baku kayu bangunan. Dengan memanfaatkan cangkang ini, penelitian membuktikan berhasil melakukan penghematan kayu bakar sebesar 55 persen dari penggunaan biasanya,"jelasnya.

Lebih lanjut disampaikan, jika dihitung dari aspek ekonomi, dengan menggunakan cangkang sawit sekali pembakaran dapat memberi keuntungan sebesar Rp 350 ribu lebih, jika dikalikan dengan pembakaran lima kali setahun membutuhkan biaya Rp1.752.000.

Kemudian, apabila dikalikan dengan dengan jumlah unit pengrajin batu bata Aceh Barat 78, maka angka per tahun bisa didapatkan sebesar Rp 136.656.000, selain itu, aspek lingkungan yang didapatkan yaitu sekali pembakaran dengan menggunakan cangkang sawit, maka masyarakat kita dapat menyelamatkan tiga pohon kayu.

"Jika dihitung secara umum untuk per tahun, maka dengan menggunakan bahan cangkang kelapa sawit ini, maka pengrajin kita telah menyelamatkan 975 pohon atau sekitar 2,5 hektare,"jelasnya.

Sementara itu, Administratur PT KTS Padang Sikabu, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Maratuah Nasution, mengatakan pihaknya menyambut baik dengan gagasan dan temuan yang berhasil ditemukan oleh tiga peneliti dari dosen Universitas Teuku Umar Meulaboh itu.

"Karena berhasil menemukan tata cara penghematan bahan bakar kayu, menggunakan cangkang dari hasil pengolahan kelapa sawit. Ini sebuah inovasi yang sangat menggembirakan, karena sangat bermanfaat terhadap penyelamatan lingkungan,"jelasnya.

Terhadap keberhasilan itu, pihak perusahaan itu akan memberikan suport secara penuh, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang selama ini menekuni bidang usaha pembuatan batu bata dan tidak lagi menggunakan kayu sebagai bahan baku utama alat pembakaran.

Bahkan pihaknya mencoba mengusulkan agar kayu yang selama ini dibakar, supaya diganti dengan janjang kosong (jankos), dengan demikian diharapkan akan dapat memberikan penghematan besar bagi pengrajin batu bata di wilayah setempat.

"Inovasi ini juga akan kita sertakan pada lomba di tingkat nasional, sehingga nantinya benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,"demikian Maratuah Nasution.

Baca juga: Indonesia-Ghana sepakat lawan kampanye negatif sawit

Baca juga: Tim tetapkan harga sawit di Bengkulu

Baca juga: 1.532 hektare sawit di Aceh Utara diremajakan

Pewarta: Anwar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018