Lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan implementasi Industri 4.0 di Indonesia, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik.”
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara menyampaikan kolaborasi antara litbang dan pelaku industri harus terus ditingkatkan baik di level pabrikan besar maupun di tingkat pebisnis IKM.

Oleh karena itu, perlu dibentuk pola kerja sama yang saling memperkuat serta mendorong penguasaan, pemanfaatan, dan kemajuan Iptek.

“Sebenarnya, kerja sama litbang memberikan banyak manfaat bagi lembaga litbang dan mitra yang terlibat,” ujar Ngakan di Jakarta, Rabu.

Di antaranya, lanjut Ngakan, adanya sharing cost and risk, perluasan dan keleluasaan akses terhadap sumber daya yang diperlukan, peningkatan kemampuan atau kompetensi sumber daya peneliti dan lembaga, juga memperluas jejaring kerja

Salah satu contoh kolaborasi litbang BPPI dengan industri yang dapat secara langsung menjawab kebutuhan industri adalah kerja sama BPPI dengan PT PT Rekadaya Multi Adiprima (RMA) yang telah dirintis dan terjalin sejak tahun 2016. 

Pada 2017, BPPI dan PT RMA memperluas kerja sama dengan lima unit Balai Besar, yaitu Balai Besar Kimia dan kemasan (BBKK) terkait penelitian dan pengembangan material flame retardant, anti fungi, painting dan transport packaging

Selanjutnya, dengan Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) terkait pengembangan material composite berbasis serat, Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM ) terkait teknologi machine stamping, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) terkait interior otomotif berbasiskan budaya lokal Indonesia, serta Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) terkait material berbasis karet dan plastik.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, dalam upaya mendongkrak daya saing Indonesia dan memperoleh manfaat dari era revolusi Industri 4,0, hal penting yang harus dibangun adalah penguatan inovasi di sektor industri. 

“Oleh karena itu, kualitas dan intensitas kegiatan litbang industri terus ditingkatkan di berbagai lini dengan mempertimbangkan aspek perilaku pasar,” tegasnya.

Menurutnya, revolusi Industri 4.0 ditandai dengan peningkatan ketersambungan antara manusia, mesin dan sumber daya alam yang dibangun oleh penerapan teknologi informasi dan manufaktur generasi lanjut. 

“Hal ini menjadikan sebagian dari rantai pasok dunia untuk meningkatkan penguasaan teknologi modern guna menyesuaikan terhadap kemajuan industri global. Tentunya, teknologi terkini yang mengedepankan proses industri yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan,” jelasnya.

Menperin juga telah mengajak agar industri nasional baik skala besar maupun sektor IKM dapat memanfaatkan perkembangan teknologi digital terkini dalam upaya kesiapan menghadapi era Industri 4.0. 

Sistem ini berpeluang membangun produksi manufaktur yang lebih inovatif dan berkelanjutan. Bahkan, menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen.

Misalnya, penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri. Selain itu, teknologi digital lainnya seperti Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing. 

“Lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan implementasi Industri 4.0 di Indonesia, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik,” sebut Airlangga.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018