Semarang (ANTARA News) - Pengerjaan proyek jalan tol Semarang-Batang dikebut oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk, agar segera bisa dilalui oleh kendaraan pada arus mudik Lebaran tahun ini.

"Upaya percepatan kami lakukan dengan menambah jumlah pekerja pada Seksi IV (Kendal) dan Seksi V (Semarang)," kata Kepala Seksi Keuangan dan SDM PT Waskita Karya Idi Heryadi di Semarang, Kamis.

Jumlah pekerja di dua seksi pengerjaan jalan tol tersebut yang sebelumnya hanya 600-an orang, kata dia, ditambah menjadi 1.000-an orang untuk mempercepat pengerjaan pembangunan.

Penambahan juga dilakukan pada alat-alat, seperti "crane ekskavator", truk dump, dan sebagainya, lanjut dia, termasuk penambahan jam kerja menjadi dua "shift" sampai malam hari.

"Kami lakukan percepatan untuk mengejar target sampai Lebaran mendatang. Namun, kalau melihat kondisi di lapangan, Lebaran nanti kemungkinan baru bisa fungsional dengan satu jalur," katanya.

Ia menyebutkan pembangunan jalan tol Semarang-Batang Seksi IV di wilayah Kendal memiliki panjang 13 kilometer, sementara Seksi V di Kota Semarang memiliki panjang sekitar 10,4 km.

"Pembangunan yang sudah dilakukan sekarang ini mencapai 74,32 persen. Harusnya sudah mencapai 90 persen. Ada kendala beberapa lahan yang belum dibebaskan, baik di Kendal maupun Semarang," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Administrasi Kontrak PT Waskita Karya Ronald Adriano menyebutkan beberapa lahan yang belum dibebaskan, yakni makam di Klampisan, Masjid Al Mustaghfirin, dan satu lahan warga.

"Itu baru yang di Seksi V atau Kota Semarang. Yang di Kendal masih ada 131 bidang lahan yang belum dibebaskan yang tersebar di Desa Magelung, Menjalin, Kertomulyo, Sumbersari, Nolokerto, dan Sumberrejo," katanya.

Namun, kata dia, sudah dalam proses konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Kendal, sementara untuk makan di Klampisan, Ngaliyan, Semarang, tinggal menunggu proses relokasi karena sudah ada lahan pengganti dan tidak ada warga keberatan.

"Namun, kami belum bisa melakukan relokasi makam karena lahan pengganti masih berupa dataran rendah. Kami harus melakukan pengurukan dulu, baru memindahkan satu-persatu makan ke lahan pengganti," katanya.

Dalam sehari, kata dia, rata-rata bisa memindahkan 70 makam sehingga untuk memindah 1.100 titik makam membutuhkan waktu sekitar satu bulan ke tempat relokasi yang tidak begitu jauh sesuai keinginan warga.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018