Jakarta (ANTARA News)- Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim mengatakan soal Ujian Nasional (UN) seharusnya tak jauh berbeda dengan uji coba maupun kisi-kisi yang disampaikan.

"Seharusnya soal UN baik UN berbasis komputer (UNBK) maupun kertas pensil (UNKP) harus benar-benar sesuai dengan uji coba dan kisi-kisi yang disampaikan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UN," ujar Satriwan di Jakarta, Jumat.

Hal itu dilakukan agar siswa tidak dibebani dua kali. Belajar sungguh-sungguh pada uji coba, namun soal yang keluar saat ujian tidak sesuai dengan uji coba.

Dia menjelaskan siswa banyak mengeluhkan soal UNBK Matematika untuk tingkat SMA yang tidak sesuai dengan kisi-kisi dan soal uji coba.

Soal yang keluar juga tidak sesuai dengan cakupan materi di simulasi UN dan uji coba UN. Kemudian tidak sesuai kaidah penyusunan soal yang baik (pilihan jawaban diurutkan dari kecil ke besar atau sebaliknya).

"Soal Trigonometri banyak keluar sebanyak enam soal padahal di kisi-kisi hanya dua soal," jelas dia.

Kemudian, soal isian singkat banyak soal yang tidak sama ada yang empat, lima dan tiga untuk tiap peserta ujian. Seorang peserta UN SMA, Andi Ainul, mengeluhkan soal matematika UNBK yang sulit dan tidak sesuai dengan saat uji coba maupun kisi-kisi.

"Soal Matematika UNBK susah, parah banget. Beda jauh sama uji coba sebelumnya. Contoh soal yang kami belum pelajari; cotangen, matriks pecahan. Juga ada soal yang salah jawabannya. Soalnya juga kurang kalimat penjelasannya. Jadi bingung harus diapakan. Kami sangat kecewa dengan soal ini. Kami saja yang di Jakarta susah mengerjakannya, apalagi teman-teman di daerah," keluh Andi.

Baca juga: Kemdikbud targetkan UNBK 100 persen pada 2019

Pewarta: Indriani
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018