Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia telah sepakat untuk segera memulai perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan tiga negara di benua Afrika, yaitu Mozambik, Tunisia, dan Maroko, yang merupakan salah satu upaya untuk memperluas pasar ekspor di negara nontradisional.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Mozambik Ragendra de Sousa, di sela-sela perhelatan Indonesia Africa Forum (IAF) 2018.

"Indonesia dan Mozambik sepakat untuk mengawali pembahasan PTA guna mengembangkan hubungan ekonomi yang lebih terstruktur serta meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan pertukaran informasi," kata Enggartiasto, dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat.

PTA Indonesia-Mozambik nantinya dapat memfasilitasi para pelaku usaha, termasuk usaha kecil dan menengah. Selain itu, pemerintah Indonesia percaya bahwa perdagangan kedua negara akan meningkat dengan adanya PTA, karena saat ini masih jauh dari potensi yang dapat digali.

Tercatat, total perdagangan Indonesia-Mozambik pada 2017 sebesar 82,2 juta dolar AS, dengan ekspor Indonesia senilai 54,1 juta dolar AS dan impor sebesar 28,1 juta dolar AS. Dengan demikian, Indonesia surplus sebesar 26 juta juta dolar AS.

Sebelumnya, Enggartiasto melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko Mounia Boucetta. Pada pertemuan tersebut, Wamen Boucetta mewakili Pemerintah Maroko menyampaikan dukungannya atas rencana PTA yang diusulkan Indonesia.

Maroko merupakan salah satu pasar ekspor nontradisional yang menjadi hub ke pasar Afrika. Total perdagangan Indonesia-Maroko pada 2017 mencapai 154,8 juta dolar AS. Nilai tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke Maroko sebesar 86 juta dolar AS, dan impor Indonesia dari Maroko sebesar 68,8 juta dolar AS.

Indonesia juga melakukan pertemuan pendahuluan delegasi teknis antara Indonesia dan Tunisia untuk membahas PTA.

Pada pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini bersama Direktur Hukum dan Perjanjian Ekonomi Kemlu Amrih Jinangkung. Sedangkan, Delegasi Tunisia dipimpin oleh Duta Besar Tunisia Mourad Bellhassen. Dubes RI untuk Tunisia, Ikrar Nusa Bhakti, turut hadir pada pertemuan ini.

"Pertemuan persiapan di Bali berlangsung baik dan lancar dan kedua delegasi merekomendasikan untuk segera memulai pembahasan PTA antara Indonesia-Tunisia," ujar Made.

Delegasi Tunisia mengundang Delegasi Indonesia untuk memulai putaran pertama pada bulan Juni 2018, dan kedua delegasi berharap perundingan dapat diselesaikan tahun 2018.

Total perdagangan Indonesia-Tunisia pada 2017 sebesar 88 juta dolar AS. Nilai tersebut terdiri atas ekspor Indonesia ke Tunisia sebesar 55,2 juta dolar AS dan impor sebesar 32,8 juta dolar AS.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018