Semarang (ANTARA News) - Hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama Partai Persatuan Pembangunan yang diselenggarakan di Semarang, Jawa Temgah, pada 13-14 April 2018, belum memutuskan nama salah seorang kader yang akan diusung sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2019.

"Munas ini tidak mengusulkan atau menyebutkan nama (cawapres), tapi kriteria yang intinya sama seperti yang sudah menjadi keputusan DPP yakni sosok yang mempunyai kapasitas dan kompetensi intelektual yang memadai, termasuk memahami persoalan-persoalan nasional," kata Sekretaris Jenderal DPP PPP Arsul Sani setelah penutupan Munas Alim Ulama di Semarang, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa para alim ulama yang hadir pada munas sangat melihat aspek mudarat dan manfaatnya terkait dengan penyebutan nama cawapres yang akan diusung partai berlambang kabah itu.

"Munas memandang belum saatnya untuk disampaikan sekarang karena kalau disampaikan sekarang akan lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, akibatnya akan meninbulkan reaksi-reaksi dari parpol koalisi pendukung Pak Jokowi," ujarnya.

Para alim ulama PPP, kata dia, berkomitmen bahwa nama cawapres tidak dilakukan dalam waktu dekat karena dinilai justru akan menimbulkan kegaduhan politik baru.

"Penyebutan cawapres, kita sepakat setelah urusan pilkada selesai, maka forum permusyawaratan parpol lain, apakah mukernas atau rapimnas yang diperluas," katanya.

Ia mengungkapkan, pada Munas Alim Ulama PPP yang berlangsung dua hari Hotel Patrajasa Semarang itu ada yang mengusulkan untuk mendorong Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Gus Romi) sebagai cawapres.

"Mayoritas berpendapat belum saatnya sekarang untuk menyebut nama cawapres karena itu harus tetap dimusyawarahkan dengan partai koalisi dan dengan Pak Jokowi sendiri," ujarnya.

Baca juga: PPP gelar munas alim ulama bahas cawapres Jokowi
Baca juga: PPP: Munas ulama beri masukan cawapres Jokowi

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018