Sula, Maluku Utara (ANTARA News) - Dinamakan Pulau Kucing karena dulunya pulau ini memang menjadi tempat pembuangan kucing liar oleh masyarakat yang berdomisili di Sanana, ibu kota Kecamatan Kepulauan Sula, Maluku Utara.

Seiring dengan perjalanan waktu, kucing buangan tersebut membentuk koloni dari jumlah hanya beberapa ekor menjadi puluhan.

Saat menginjakkan kaki di pulau yang hanya berjarak sekitar 15 menit naik perahu mesin dari Desa Fukweu, Kecamatan Sanana Utara, puluhan kucing terlihat sedang merebut sisa makanan yang ditinggalkan wisatawan yang berkunjung.

Karena tidak ada pemiliknya, kucing-kucing tersebut tampak tidak terawat sebagai halnya dengan kucing liar pada umumnya.

Dalam empat bulan terakhir, wajah Pulau Kucing yang tidak berpenghuni dan seluas hanya beberapa hektare itu sudah berubah total setelah dibenahi oleh warga desa sebagai tempat tujuan wisata.

Sekarang Pulau Kucing sudah menjelma menjadi tempat tujuan wisata bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Fukweu.

Dengan membayar ongkos transportasi perahu mesin dari dermaga Desa Fukweu sebesar Rp 10.000 pergi-pulang, wisatawan bisa menikmati suasana santai di gazebo di pinggir laut sambil berkaraoke.

Jaringan listrik dialiri melalui kabel dalam laut dari desa Fukweu membuat pulau tersebut bisa menyala selama 24 jam.

Subandi, pemuda Desa Fukweu yang juga pengelola kawasan wisata Pulau Kucing mengatakan bahwa wisata di pulau itu dikelola secara swadaya pemerintah desa dan masyarakat.

"Sejak dibuka empat bulan lalu, pemuda desa yang sebelumnya menganggur bisa mendapatkan penghasilan dari usaha wisata seperti menjadi penyedia sarana transportasi," kata Subandi.

Subandi mengaku bahwa ia belum memiliki data yang akurat mengenai kunjungan wisatawan ke Pulau Kucing.

"Kalau hari Sabtu dan Minggu serta hari libur, ada sekitar 200-an pengunjung perhari, tapi kalau saat tahun batu dan Lebaran bisa mencapai 2.000 orang," katanya.

Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kabupaten Kepulauan Sula dan potensi wisata yang ada di daerah itu memang belum banyak dikenal, bahkan di dalam negeri sendiri.

"Kendala yang kami miliki tentu saja infrastruktur seperti bandara yang belum memadai, selain akomodasi dan sumber daya manusia," kata Bupati Kepulauan Sula Hendrata Thes.

"Saya tanpa jemu berusaha merangkul seluruh elemen masyarakat untuk duduk bersama mencari jalan dan solusi dalam mengembangkan industri pariwisata," katanya.

Salah satu upaya yang dilakukan Kabupaten Kepulauan Sula untuk mempromosikan diri agar dikenal adalah dengan menggelar Festival Maksaira secara teratur dan akan dibuka secara resmi pada Minggu (15/4).

Salah satu acara utama festival adalah pemecahan rekor MURI peserta terbanyak lomba memancing khusus jenis ikan kerapu dan ditargetkan mencapai 3000 peserta.

Hadiah utama adalah kapal fiber yang sudah lengkap dengan mesinnya.
 
 

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018