Beijing (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mendorong pemerintah terus memanfaatkan Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau "One Belt, One Road" (OBOR) yang digagas China untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Dampak sosial OBOR seperti pendidikan itu yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin," kata pengamat LIPI Paulus Rudolf Yuniarto PhD kepada Antara di Beijing, Senin.

Rudolf yang bertindak sebagai Ketua Tim Delegasi LIPI dalam Simposium Dampak Sosial OBOR di Beijing itu mengemukakan bahwa China akan memperkuat kerja sama sektor pendidikan dengan negara-negara yang termasuk dalam peta OBOR.

"Hubungan klasik kerja sama pendidikan akan ditingkatkan. Lingkup Confucius Institute juga akan diperluas lagi," ujarnya.

Confucius Institute merupakan lembaga nonpemerintahan yang berafiliasi dengan Kementerian Pendidikan China.

Meskipun menyandang nama Confucius, lembaga tersebut bergerak di bidang peningkatan kualitas pendidikan, khususnya menyalurkan beasiswa kepada pelajar asing di China dan sama sekali tidak berkaitan dengan agama tertentu.

"Mungkin yang perlu segera kita respons adalah pertukaran pelajar melalui peningkatan kerja sama bidang pendidikan ini," kata Rudolf.

Sementara itu, Erlita Tantri MA, anggota delegasi LIPI dalam simposium, menambahkan bahwa OBOR membawa pengaruh positif dan negatif bagi Indonesia.

"Negatifnya mereka bisa saja mendominasi kita dengan memberikan banyak investasi. Investasi ini biasanya disertai dengan `labor force` (tenaga kerja) dari mereka," ujar peraih gelar master dari Leiden University, Belanda, itu.

Menurut dia, untuk menghadapi hal itu tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing yang dibarengi dengan peningkatan keterampilan kerja.

"Positifnya, kita bisa belajar dari mereka mengenai bahasa dan budaya yang menjadi bagian dari upaya tenaga kerja kita untuk meningkatkan skil," kata Erlita.

Ia mengutip filosofi kuno China dalam pergaulan global dengan menyebarkan pengaruh pangan, pengobatan, dan bahasa.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018