Pesawaran, Lampung (ANTARA News) - Warga Kabupaten Pesawaran, Lampung dapat menggunakan jembatan gantung darurat yang telah selesai dikerjakan relawan Vertical Rescue Indonesia (VRI) Lampung bersama masyarakat di Desa Karanganyar, Kecamatan Gedongtataan.

Menurut Kepala Desa setempat, Wasiman, di Pesawaran, Senin, jembatan tersebut adalah jembatan penghubung dua dusun dan digunakan oleh siswa dari berbagai desa sekitar untuk menuju ke SMPN 26 dan SDN 3 yang berada tidak jauh dari lokasi jembatan.

Selain kebutuhan untuk sekolah, setiap sore banyak anak mengaji yang melintas dan menyeberangi sungai.

Jembatan baru itu menggantikan jembatan darurat terbuat dari bambu hasil swadaya masyarakat Desa Karanganyar sebulan yang lalu, Minggu (11/3), hanyut tak berbekas akibat terjangan aliran air kali yang naik tinggi dan mengalir deras di Dusun Candi Wulan.

Akibat kenaikan muka air dan mengalir deras, sebuah jembatan darurat yang terbuat dari bambu hasil swadaya masyarakat itu pun hanyut tak berbekas tersapu air sungai. Kejadian tersebut terekam video dan sempat viral di media sosial.

Informasi adanya kebutuhan mendesak dari masyarakat langsung ditindaknjuti oleh relawan VRI Lampung untuk segera meninjau lokasi. Bagi para relawan, pendidikan anak-anak bangsa harus menjadi prioritas dan merupakan hal yang mendesak.

"Membantu adik-adik kita agar tidak terhambat ke sekolah adalah suatu tugas terhormat buat kami," ujar Muhammad Kariskun, Koordinator VRI.

Pada Sabtu (14/4), Jembatan Gantung Darurat Sederhana Desa Karanganyar itu telah resmi diserahkan oleh para relawan VRI kepada warga desa yang diwakili oleh Kepala Desa Wasiman.

Panjang bentang jembatan gantung tersebut adalah 46m. Dikerjakan dengan gotong royong oleh warga masyarakat dibantu Tim Relawan Vertical Rescue Indonesia dan segenap relawan pendukung lainnya.

"Jembatan ini adalah jembatan asa, jembatan harapan, untuk adik-adik kita berangkat ke sekolah yang sebulan sebelumnya terputus akibat luapan banjir sungai. Demi masa depan anak-anak bangsa mohon agar dijaga bersama oleh bapak dan ibu, karena sekarang ini milik bapak dan ibu, bukan milik relawan," ujar Donni Ariesta yang mewakili relawan dalam serah terima jembatan tersebut.

Donnie mengapresiasi peran serta masyarakat khususnya warga Karanganyar yang sangat luar biasa, sehingga jembatan gantung darurat sederhana tersebut dapat dikerjakan dalam waktu singkat, hanya lima hari. Selain untuk akses pendidikan, jembatan tersebut juga dapat digunakan oleh warga yang sebagian besar petani untuk sehari-sehari ke ladang atau sawahnya.

Jembatan ini adalah jembatan ke-9 yang dibangun Vertical Rescue Indonesia Lampung dalam Program Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung Lampung untuk Indonesia.

Muhammad Ridho Ficardo (Gubernur Lampung nonaktif) mensupport gerakan sosial ini. Nilai utama dan semangat dari Program Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung Lampung Untuk Indonesia adalah Gotong Royong seperti yang pernah diungkapkan Ridho.

Dalam sambutan salah satu warga menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada para relawan, karena mereka menyaksikan sendiri para relawan bekerja siang dan malam, bahkan ketika hujan, untuk menuntaskan pembangunan jembatan tersebut.

Warga juga menyampaikan terima kasih kepada Muhammad Ridho Ficardo yang memiliki inisiatif program sosial yang bermanfaat dan dirasakan betul oleh masyarakat. Bahkan mereka baru tahu kalau di Kecamatan Gedongtataan sendiri telah dibangun dua jembatan gantung sebelumnya yaitu di Desa Bagelen dan Desa Sukaraja.

Malam itu, pada kesempatan serah terima, secara kebetulan, Aprilani Yustin Ficardo juga mampir dan bergabung dengan warga dan relawan, selaku tokoh pendidikan yang peduli dengan pendidikan anak-anak, dan ingin meninjau bagaimana kegiatan bakti yang dilakukan oleh para relawan dan warga masyarakat.

Yustin mengaku sangat bangga dengan para relawan dan warga yang bergotong royong serta akan terus mendorong gerakan ini, agar terus dapat memberikan manfaatkan seluas-seluasnya untuk warga di daerah-daerah yang tidak terjangkau maupun kesulitan akses untuk pendidikan, kesehatan, dan pertanian.

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018