Jakarta (ANTARA News) - Batuan fosfat alam dengan bantuan pupuk kompos terbukti mampu secara signifikan mendongkrak produksi jagung hingga lima kali lipat.

Peneliti kesuburan tanah Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Wahida Annisa di Jakarta, Senin, mengatakan idealnya jagung tumbuh baik pada kondisi kemasaman tanah mendekati netral dengan kandungan hara N, P, K, Ca, dan Mg yang cukup. 

"Secara alamiah tanah sulfat masam justru kurang disukai bagi jagung karena tanahnya masam, kadar bahan organik rendah dan miskin hara P," kata Wahidah. 

Oleh karena itu, ia mengatakan pemberian fosfat alam dan pupuk kompos dapat memanipulasi tanah sulfat masam menjadi menyenangkan bagi pertumbuhan jagung. 

"Hasilnya jadi berlimpah," kata Wahida.

Tanah di lahan rawa sulfat masam memerlukan P takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman. 

Sebelumnya petani menggunakan pupuk P yang diasamkan (TSP dan SP-36) agar mudah larut, tetapi ternyata sebagian besar P akan segera difiksasi Al dan Fe menjadi tidak tersedia bagi tanaman. 

"Proses yang mahal tersebut jadi mubazir," kata Wahida. 

Padahal harga pupuk tersebut sangat mahal sehingga penggunaan di tingkat petani sangat terbatas. 

Penggunaan fosfat alam secara langsung tanpa pengasaman merupakan alternatif yang tepat karena pupuk ini lebih murah,  tapi efektivitasnya sebanding dengan TSP atau SP-36.  

Pihaknya pun merekomendasikan penggunaan fosfat alam secara langsung 1 ton/ha untuk 5 musim tanam. 

Hal itu kata dia terbukti efektif diterapkan untuk petani di lahan rawa sulfat masam misalnya di Kalimantan Selatan.

Petani dari Poktan Tani Mukti, Desa Kolam Kiri Dalam, Kecamatan Berambai, Kabupaten Barito Kuala, Hardiyanto telah membuktikan penggunaan batuan fosfat alam dan pupuk kompos yang mampu mendongkrak produksi jagung yang semula hanya 3-4 ton per ha dapat didongkrak hingga 5 kali lipat menjadi 15-20 ton per ha.  

“Kami atasi dengan adopsi teknik tanam jagung di lahan kering masam," katanya.

Lahan masam sendiri menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Fathurahman, memiliki problem yang khas yaitu pupuk fosfor yang diberikan tidak semuanya dapat diserap tanaman tetapi malah dijerap tanah. 

"Pemupukan TSP dan SP36 tidak efektif karena mereka tidak larut," kata Fathurahman. 

Fosfat alam merupakan bahan tambang mineral yang digunakan sebagai bahan baku utama pupuk P dan memiliki reaktifitas tinggi, serta efek residu yang bersifat "slow release". 

Fosfat alam dari Maroko memiliki kandungan P2O5  28-32 persen dan menjadi sumber utama bahan pupuk TSP dan SP-36 untuk industri pupuk di Indonesia. 

Fakta terbaru tersebut, menurut Fathurahman, semakin menegaskan tekad Kalsel untuk melipatgandakan produksi dengan teknologi hasil Balitbangtan. 

"Kini Kalsel dapat memperluas sentra produksi jagung yang semula hanya di lahan kering menjadi di rawa sulfat masam," katanya.

Baca juga: Balitbangtan: pola "zigzag" dongkrak produksi jagung 20 ton/ha

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018