Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.771 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.768 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa konflik yang terjadi di Suriah menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang berisiko seperti rupiah, pelaku pasar cenderung memegang mata uang yang dinilai aman di tengah gejolak.

"Mata uang safe haven seperti dolar AS biasanya menjadi incaran ketika terhadi hal yang membuat gejolak di pasar," katanya.

Ia mengharapkan sentimen positif dari dalam negeri dapat direspon positif pelaku pasar sehingga rupiah dapat berbalik arah ke area positif.

"Adanya kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Moody`s diharapkan dapat mengimbangi sentimen eksternal," katanya.

Pada 13 April 2018, lembaga pemeringkat Moody?s Investor Service (Moody?s) meningkatkan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia dari Baa3/Outlook Positif menjadi Baa2/Outlook Stabil.

Di sisi lain, lanjut dia, neraca perdagangan Indonesia periode Maret yang mencatatkan surplus juga diharapkan dapat menopang mata uang rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada Maret 2018, neraca perdagangan Indonesia mengantongi surplus senilai 1,09 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setelah pada periode Januari dan Februari 2018 mengalami defisit.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (16/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.766 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.753 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018