Indonesia dan Vietnam telah menandatangani kemitraan strategis tahun 2013 dan bukan dokumen tidur, tapi hidup."
Hanoi (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan kemitraan strategis yang dibuat Indonesia dan Vietnam bukan dokumen tidur, melainkan menjadi acuan untuk memajukan dan memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

"Indonesia dan Vietnam telah menandatangani kemitraan strategis tahun 2013 dan bukan dokumen tidur, tapi hidup," katanya di Hanoi, Selasa.

Oleh karena itu, ia mengemukakan, upaya mengintensifkan hubungan kedua negara harus menjadikan dokumen Kemitraan Strategis sebagai acuan dan Sidang Komisi Bersama (JCBC) sebagai kesempatan untuk melihat peluang, memperkokoh serta memperluas kerja sama.

Menlu Retno berada di Hanoi untuk memimpin delegasi Indonesia mengikuti pertemuan ke-3 Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) Indonesia dan Vietnam, yang didahului pertemuan tingkat pejabat senior pada Senin (16/4).

Menurut Retno, Vietnam adalah mitra penting bagi Indonesia baik di Asia Tenggara maupun di Asia, dan Vietnam adalah satu-satunya mitra strategis Indonesia di kawasan ASEAN.

Kemitraan Strategis Indonesia-Vietnam dibentuk pada tahun 2013 dan dilanjutkan dengan Rencana Aksi (Action Plan) pada tahun 2014-2018. Indonesia berkomitmen untuk memperkuat hububungan baik dengan Vietnam yang di antaranya melalui penyusunan Rencana Aksi pada 2019-2024 yang diharapkan selesai pada November 2018.

Deputi Perdana Menteri yang juga Menteri Luar Negeri Vietnam, Pham Binh Minh dan Menlu Retno menilai implementasi Rencana Aksi 2014-2018 telah makin memperkuat kerja sama Indonesia-Vietnam di berbagai bidang.

Dalam bidang ekonomi, nilai perdagangan tahun 2017 tercatat sebesar 6,8 miliar dolar AS, meningkat 8,64 persen dibandingkan tahun 2016, nilai investasi Indonesia ke Vietnam naik 36 persen dan sebaliknya dari Vietnam ke Indonesia naik sekitar 300 persen.

Untuk mencapai sasaran nilai perdagangan senilai 10 miliar dolar AS, kedua negara menggarisbawahi pentingnya kerja sama dalam mengatasi berbagai hambatan perdagangan. Salah satunya dengan mendorong negosiasi memorandum kesepahaman (MoU) tentang kerja sama fasilitasi dan promosi perdagangan, perbaikan perdagangan.

Baca juga: Menlu RI-Vietnam bahas kerja sama kelautan-perikanan

Terkait hambatan perdagangan, Retno Marsudi menyampaikan penghargaanya atas penyelesaian isu akses pasar produk otomotif Indonesia di Vietnam.

Ekspor mobil Indonesia ke Vietnam sempat terhenti sejak 1 Januari 2018 dengan diterbitkannya dekrit Perdana Menteri No. 116/2017/ND-CP tertanggal 17 Oktober 2018. Permasalahan tersebut telah diselesaikan dengan dikeluarkannya persetujuan pemerintah Vietnam terhadap Vehicle Type Approval (VTA) Indonesia.

Menlu Minh mengatakan kemitraan strategis kedua negara telah mencapai hasil-hasil kongkrit dan akan bekerja sama erat untuk menyelesaikan rencana aksi berikutnya.

Dikatakannya, kedua negara sepakat untuk bekerja sama dalam menjamin ketahanan pangan dan mendorong kerja sama di sektor pertanian, kehutanan dan aquaculture yang berfokus pada beras, kopi, karet dan produk karet, makanan ternak, makanan laut dan kayu.

Menurut Menlu Retno dalam JCBC itu kedua negara menggarisbawahi pentingnya kerja sama di bidang kelautan dan perikanan guna memberantas pencarian ikan ilegal, tak terlaporkan dan tak diatur (IUU) sangat penting karena akan membawa manfaat dan kepastian bagi kedua negara,? kata Menlu Retno.

Untuk meningkatkan konektivitas, ia mengharapkan adanya peningkatan frekuensi penerbangan langsung dari Ho Chi Minh City ke Jakarta dan berbagai kota besar lainnya.

Berdasarkan agenda pertemuan, para pejabat senior kedua negara bertukar pandangan mengenai hubungan bilateral di bidang politik, kerja sama pertahanan dan keamanan, kerja sama perdagangan dan ekonomi, kerja sama maritim dan perbatasan, kontak antarindividu, hal-hal terkait hukum dan konsuler.

Para pejabat tersebut juga bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan internasional terkait kerja sama ASEAN, Laut China Selatan/Timur, Kerja sama Indo-Pasifik dan konektivitas, dan menentukan tanggal dan tempat pertemuan JCBC ke-4.

JCBC kali ini berlangsung beberapa bulan setelah Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong mengadakan kunjungan resmi ke Indonesia dan berbicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selama kunjungannya di Indonesia Trong bertemu dengan pimpinan MPR, DPR dan DPD. Ia juga diundang berbicara di forum bisnis dan akademis.

Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018