Jakarta (ANTARA News) - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Indonesia Joko Widodo telah enam kali bertemu untuk memperdalam kerja sama di berbagai bidang dalam mengembangkan kemitraan strategis yang komprehensif, salah satunya infrastruktur.

Infrastruktur menjadi bidang pembangunan yang penting bagi Indonesia dan China. Untuk itu, kegiatan pembangunan infrastruktur di Indonesia gencar dilakukan guna meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi.

China telah terlibat aktif dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, di antaranya dalam pembangunan jalan tol Medan - Binjai di Sumatera Utara, pembangunan jalan tol Manado - Bitung di Sulawesi Utara dan jembatan tol Surabaya-Madura.

Ada dua proyek besar yang sangat penting dan yang sedang dikerjakan dengan melibatkan investasi China adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan pembangunan empat koridor ekonomi Indonesia.

Duta Besar (Dubes) China untuk Indonesia Xiao Qian mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Kami akan melanjutkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dengan lebih lancar dan lebih cepat," kata Xiao Qian dalam wawancara khusus bersama Antara di Kedutaan Besar China di Jakarta, Selasa.

Dubes Xiao mengatakan dengan upaya bersama dan kerja keras antara pihak Indonesia dan China, maka pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut akan bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan setiap tahapan pembangunan dalam rangka membawa manfaat bagi masyarakat.

Pengembangan kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan kerja sama kedua negara yang didasari kepemimpinan kuat Presiden China Xi Jin Ping dan Presiden Indonesia Joko Widodo mendorong. Kedua belah pihak bekerja erat dan terus membuat kemajuan bagi proyek itu.

Hingga saat ini, pembebasan lahan telah mencapai 54 persen.

Kedua belah pihak juga mengatasi berbagai masalah terkait konstruksi proyek kereta cepat, salah satunya adalah jalur kereta yang akan melewati wilayah perkotaan yang memiliki fasilitas seperti jembatan layang, terowongan, jalan tol. Untuk itu, penting melanjutkan konstruksi proyek kereta cepat tanpa menganggu fasilitas-fasilitas yang sudah ada dengan pengelolaan yang tepat.

Kedua belah pihak juga menanamkan lebih banyak modal untuk pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Nilai investasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung naik 83 juta dolar AS karena adanya tambahan biaya asuransi proyek dan biaya pelindung pinjaman terhadap volatilitas yang tak terduga (Debt Service Reserve Account/DSRA), kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwi Windarto.

Porsi pendanaan proyek tersebut terbagi dua, 75 persen ditanggung China Development Bank (CDB) dan 25 persen dari ekuitas pemegang saham KCIC, yang terdiri atas lima badan usaha China (40 persen) dan empat perusahaan BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (60 persen).

Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer tersebut, katanya, akan berdampak bagi perkembangan ekonomi lokal bagi wilayah di sepanjang jalur kereta itu.

Proyek kereta cepat itu bukan hanya tentang menghemat waktu perjalanan Jakarta-Bandung, namun proyek kereta cepat itu akan memicu terbentuknya sabuk ekonomi di wilayah sepanjang jalur kereta yang memudahkan kegiatan ekonomi serta mobilisasi barang dan manusia.

Jalur kereta cepat tidak menggunakan jalur rel yang sudah ada, namun jalur baru yang dibangun sesuai dengan spesifikasi kereta cepat.

Kereta cepat yang melaju dengan kecepatan 350 kilometer per jam akan mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi sekitar 45 menit. Kereta itu akan berhenti di empat stasiun, Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Walini dan Stasiun Tegalluar.

"Kehadiran kereta cepat bisa menjadi upaya menumbuhkan ekonomi di sepanjang koridor Jakarta Bandung melalui penciptaan sentra ekonomi baru baik di sektor usaha kecil menengah maupun ekonomi masyarakat sekitar," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno Rini.


Koridor Ekonomi

Pembangunan koridor ekonomi terintegrasi akan dilakukan di empat provinsi yakni Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.

Semenjak menjabat Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh China untuk Republik Indonesia beberapa bulan lalu, Xiao Qian mengunjungi empat provinsi yang akan dikembangkan menjadi koridor ekonomi yang komperehensif.

Dari kunjungan itu, dia menyampaikan empat provinsi tersebut sangat menjanjikan dan memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan di bawah kerja sama kedua negara.

"Sekarang, kita sedang berdiskusi di tingkat pemerintah untuk memproses kerja sama ini," ujarnya.

Dia mengatakan kerja sama itu akan membutuhkan investasi yang sangat besar untuk pembangunan infrastruktur dan meningkatkan konektivitas di antara provinsi-provinsi tersebut.

Infrastruktur juga menjadi elemen penting dalam pembangunan ekonomi sosial di Indonesia.

Pemerintah China berjanji akan terus mendukung pembangunan empat koridor ekonomi Indonesia dalam kerangka kerja sama bilateral yang lebih praktis.

"Kami akan terus meningkatkan sinergi dalam kerja sama yang lebih praktis terkait pembangunan di Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali sebagai koridor ekonomi yang komperehensif," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pernyataan pers bersama Menlu RI Retno LP Marsudi sesuai Pertemuan Ke-3 Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral (JCBC) China-Indonesia di Beijing, Jumat malam (9/2).

Pihaknya berharap agar ada dimensi baru dalam mekanisme dialog JCBC untuk memantapkan kerja sama strategis kedua negara tersebut.

"Kami juga berharap ada kerja sama di bidang yang baru dalam hubungan kemitraan strategis pada masa-masa mendatang," ujarnya.

Nilai investasi China di Indonesia sepanjang 2017 sebesar 3,4 miliar dolar AS, yang menjadikan China sebagai investor terbesar ketiga bagi Indonesia.

Investasi tersebut mencakup berbagai bidang antara lain pertambangan, infrastruktur dan telekomunikasi.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengumumkan sepanjang 2016, investasi China di Indonesia sebesar 2,7 miliar dolar AS.

Nilai perdagangan kedua negara selama 2017 telah mencapai angka 63 miliar dolar AS.
 

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018