Jakarta (ANTARA News) - Pernahkah terpikir untuk bertanya apakah Candi Borobudur termasuk ke dalam "Tujuh Keajaiban Dunia" yang umum diakui di luar Indonesia? Dan percaya atau tidak dari pencarian di mesin pencari Google secara sekilas ternyata jawabannya adalah tidak. Situs-situs yang mengklaim bahwa Borobudur termasuk "Tujuh Keajaiban Dunia" sebagian besar ditulis oleh orang Indonesia. Merujuk pada situs Wikipedia, Borobudur memang tidak termasuk dalam tujuh keajaiban dunia. Pada beberapa situs lainnya pun tidak semuanya mencantumkan nama Candi Borobudur. Bahkan pada situs wonderclub.com, Borobudur dianggap sebagai keajaiban yang terlupakan "The Forgotten Wonders". Seperti juga pada situs dari profesor teknik sipil University of South Florida, Borobudur ditempatkan pada kategori Forgotten Wonder bersama beberapa peninggalan bersejarah dunia lainnya. Seperti diketahui, peninggalan yang masuk pada kategori "yang terlupakan" itu biasanya adalah situs yang kurang dikenal oleh para sejarawan dan arsitek dunia. Barangkali, masyarakat di tanah air sudah saatnya menyadari fakta bahwa sedari dulu Candi Borobudur memang tidak dikenal sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada literatur internasional. Hanya saja sejak dulu bangsa Indonesia menyebutnya dalam buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah sebagai "Tujuh Keajaiban Dunia" (versi indonesia). Namun, meski begitu, Candi yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng) hingga saat ini tetap masih diakui sebagai warisan budaya dunia. Borobudur tetap dianggap "ajaib" meski hasil 'polling' sebuah lembaga swasta di Swiss tidak lagi memasukkan candi Dinasti Syailendra itu sebagai 'keajaiban dunia'. Candi Budha paling terkenal itu dibangun pada abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi yang dibangun terbagi dalam tiga bagian, yaitu dasar piramida dengan teras datar konsentris, stupa yang penutupnya terdiri dari tiga platform sirkular, dan puncaknya berupa stupa monumental. Candi Borobudur sudah mulai dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa. Candi itu tersusun dari kurang lebih 55.000 M3 batu yang dipahat dan bila relief-relief di Borobudur disusun berderet, maka panjangnya bisa mencapai 2900 meter. Pantas bila kemudian "kompetisi" pemilihan keajaiban dunia yang diadakan Bernard Weber itu memunculkan banyak reaksi keras terutama dari UNESCO dan beberapa negara yang memiliki warisan budaya yang dinilai ajaib tetapi tidak termasuk dalam daftar tujuh keajabian dunia yang dihasilkan dari pemilihan tersebut, misalnya saja Mesir yang memiliki Piramid. UNESCO secara tegas menanggapi tidak memiliki keterkaitan apapun dalam proses dan hasil pemilihan tujuh keajaiban dunia baru itu. Banyak pihak menganggap sistem pemilihan tujuh keajaiban dunia itu tidak layak dan tidak valid karena hasil didapatkan hanya berdasarkan voting layaknya sebuah acara reality TV show. Kebesaran peninggalan sejarah amat tidak layak bila hanya ditentukan dari sebuah voting tanpa ada kriteria-kriteria tertentu yang ilmiah dan obyektif dalam menilainya. Seperti diketahui, UNESCO sendiri tidak terpaku pada patokan jumlah keajaiban dunia sebanyak tujuh. Organisasi dunia itu hanya memberikan istilah ?World Heritage? (peninggalan -sejarah/kebudayaan- dunia). Dosen sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sumargono, mengatakan, kriteria 'polling' yang dilakukan melalui inisiatif pribadi Bernard Weber tersebut tidak begitu jelas dan belum bisa dijadikan patokan. "Yang pasti, UNESCO masih mengakui Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia," katanya. Kredibilitas 'polling' tersebut memang perlu dipertanyakan karena kriterianya tidak jelas. Meski demikian, kata dia, hasil 'polling' itu setidaknya bisa menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia dan tetap menjaga kelestarian candi Budha tersebut. Berbenah Tujuh keajaiban dunia yang baru, yang diumumkan, pada awal Juli 2007 adalah Taj Mahal (India), reruntuhan Petra (Yordania), Tembok Besar (China), reruntuhan Machu Picchu (Peru), reruntuhan Chichen Itza (Meksiko), Koloseum (Roma), dan Patung Kristus Sang Penebus (Brasil). Bangsa Indonesia boleh jadi terpana dengan hasil polling yang dilakukan sejak enam tahun silam itu. Hilangnya predikat ajaib bagi Borobudur meskipun hanya tergusur melalui polling yang dianggap tidak valid, tetap saja layaknya tamparan bagi banyak pihak untuk kemudian membenahi candi Budha berumur ratusan tahun itu. Pengumuman polling tujuh keajaiban dunia baru di Lisabon, Portugal, itu rupanya turut memacu pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur (TWCD) untuk melakukan berbagai pembenahan. "Ini justru menjadi sarana introspeksi untuk lebih berbenah, supaya orang yang berkunjung lebih mendapat kesan dan kenangan yang lebih baik selama berwisata di Borobudur," kata Wakil Kepala Unit TWCB, Pudjo Suwarno. Pembenahan yang akan dilakukan antara lain penghijauan lanjutan untuk menambah sejuk suasana di sekitar Borobudur karena hingga kini masih terkesan panas. Selain itu, pembenahan lanjutan juga dilakukan terhadap aktivitas para pedagang makanan, minuman, dan cinderamata di kompleks TWCB, dan perbaikan promosi baik secara nasional maupun internasional tentang wisata Borobudur. Target kunjungan wisata Borobudur tahun 2007 sebanyak 1,384 juta dan hingga Juni 2007 telah terealisasi 831.368 orang. Pada tahun 2006 wisatawan yang ditargetkan 2,150 juta hanya terealisasi 1,243 juta orang karena terjadi bencana alam gempa bumi dan erupsi Gunung Merapi. Seven wonders SMS Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meminta masyarakat Indonesia untuk tetap menganggap Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, sebagai keajaiban dunia. "Saya minta masyarakat Indonesia termasuk saya sendiri tetap menganggap Borobudur sebagai keajaiban dunia, karena itu punya kesejarahan dan kompleksitas arsitektur yang luar biasa serta tetap menjadi warisan dunia atau World Heritage oleh UNESCO," katanya. Menurut Jero Wacik, UNESCO juga telah menyatakan untuk tidak mengakui tujuh keajaiban baru versi jajak pendapat. "Saya menyebutnya 7 wonders SMS, jadi orang polling, kalau sistemnya polling maka mana yang terkenal dan banyak dikunjungi orang yang akan di SMS, bukan penilaian sejarah atau arsitekturnya," ujarnya. Kembali lagi, terlepas bahwa Borobudur dinilai ajaib atau tidak di mata dunia, tetap tidak mengubah bahwa candi itu merupakan tatanan sekitar dua juta batu yang dibangun abad ke-8 masa Dinasti Syailendra, di antara aliran Kali Elo dan Progo, Kabupaten Magelang. Ajaib kemudian bisa saja berlaku subyektif dan nilai ajaibnya Borobudur boleh jadi tidak akan pernah terenggut melalui polling ataupun cara lain di mata bangsa Indonesia. (*)

Oleh Oleh Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2007