Sebab dikatakan Ilyasin untuk bidang- bidang pendidikan tertentu memang harus diakui bahwa tenaga pengajar di sejumlah perguruan tinggi nasional masih dinilai kurang.
Sehingga lanjut Ilyasin, dirinya sependapat dengan program pemerintah tersebut, bahkan pihaknya telah mengajukan dua tenaga dosen dari Australia yang notabene merupakan bagian dari program nasional tersebut.
"Rencananya kami memang meminta dua dosen dari Australia, satunya untuk bidang bahasa Inggris dan satunya saya lupa untuk bidang apa, tapi yang pasti kami mengajukan dua orang" kata Ilyasin dikinfirmasi, Rabu.
Ia tidak menafikan bahwa rencana pemerintah tersebut bakal menimbulkan pro dan kontra dalam kalangan akedemisi.
Pasalnya tidak semua Perguruan Tinggi punya pemahaman yang sama dengan kehadiran dosen asing tersebut.
"Kalau saya memang real saja, dan mengambil sisi positifnya, karena memang kami butuh kehadiran dosen luar, supaya ada kompetisi yang sehat di antara para dosen kami, biar mereka terpacu meningkatkan kualitasnya," jelasnya.
Menurut Ilyasin bahwa kehadiran dosen asing tersebut bebannya akan dipikul bersama antara Pemerintah dan Perguruan Tinggi yang menginnginkan tenaga mereka.
" Pemerintah hanya menanggung gaji mereka, sementara PT harus menyediakan akomodasi dosen asing tersebut saat tenaga mereka diperlukan," jelasnya.
Atas dasar itulah pihaknya memilih dosen dari Australia, dengan pertimbangan sisi pembiayaannya relatif masih terjangkau.
"Kalau dari Amerika biayanya terlalu mahal, kami yang real-real saja sesuai kemampuan," tegasnya.
Baca juga: Kemristekdikti: dosen asing akan dukung penelitian di kampus
Baca juga: Akademisi Batam tolak dosen asing
Baca juga: Pemerintah perlu kaji dampak masuknya dosen asing
Baca juga: Ketua DPR: Kemenristekdikti jangan buru-buru impor dosen
Pewarta: Arumanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018