Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menilai tingkat keterpilihan Joko Widodo pada Pemilihan Presiden tahun depan tidak harus 60 persen ketika disurvei menjelang kontestasi karena masih ada faktor-faktor lain yang akan turut menentukan keamanan seorang petahana untuk terpilih kembali.

"Banyak orang bilang bahwa angka 60 persen itu sebagai patokan aman seorang petahana akan terpilih kembali. Bagi saya, itu bukan jaminan, masih ada faktor-faktor lain yang akan turut menentukan keamanan bagi seorang petahana untuk terpilih kembali," kata Arsul di Jakarta, Senin, menanggapi survei Litbang Kompas yang menyimpulkan elektabilitas Jokowi naik menjadi 55,9 persen dan Prabowo Subianto sebesar 14,1 persen.

Faktor-faktor yang disebut Arsul adalah rentang waktu antara survei dengan Pemilu, konsistensi hasil survei, ada tidaknya kebijakan yang semakin menyenangkan rakyat pemilih atau sebaliknya, dan siapa lawan Jokowi.

"Apalagi saat ini belum ada kejelasan apakah Jokowi akan berkontestasi lagi dengan Prabowo. Selain itu belum jelas juga siapa paslon-paslon yang akan saling berhadapan," kata dia

Arsul menjelaskan capaian persentase survei pada dasarnya hanya memotret keadaan atau gambaran elektabilitas pada waktu survei sehingga masih butuh faktor konsistensi capaian persentase dalam rentang waktu yang lama sampai dengan menjelang Pilpres.

"Karena itu melihat aman atau tidaknya tingkat keterpilihan Jokowi sebagai petahana tidak bisa sesederhana dengan menjawab angka persentasenya sudah mencapai 60 persen atau belum," kata Arsul.

Sebelumnya survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Jokowi naik menjadi 55,9 persen, dari periode enam bulan sebelumnya pada 46,3 persen.  Sebaliknya elektabilitas Prabowo Subianto turun menjadi 14,1 persen dari 18,2 persen pada priode enam bulan lalu.

Survei dilakukan pada 21 Maret-1 April 2018 sebelum Prabowo menyatakan kesiapan maju sebagai calon presiden pada Rakornas Partai Gerindraa 11 April lalu.

 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018