"Upaya ini merupakan langkah nyata Bea Cukai dalam menjaga keamanan perairan Indonesia dari penyelundupan," kata Direktur Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Bahaduri Wijayanta usai upacara Upacara Pembukaan Operasi Patroli Laut Terpadu Bea Cukai Jaring Wallacea 2018 di Makassar, Selasa.
Bahaduri mengatakan bahwa ada beberapa titik rawan penyelundupan yang akan diawasi secara intens di perairan tengah dan timur Indonesia, namun merahasiakan lokasi tepatnya.
Operasi patroli kali ini melibatkan 11 satuan kerja Direktorat Penindakan dan Penyidikan dari Kantor Wilayah Bea Cukai Kalimantan Bagian Timur, Kalimantan Bagian Selatan,
Sulawesi Bagian Utara, Sulawesi Bagian Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, serta Pangkalan Sarana Operasi Bea Cukai Pantoloan, Tanjung Priok dan Sorong.
"Kami akan mengerahkan tujuh kapal patroli dan dua kapal cadangan, dan didukung oleh lebih dari 130 personel yang akan mengawasi tujuh wilayah perairan," jelas Bahaduri.
"Petugas kami di darat dan di laut bersinergi sehingga arus data dan komunikasinya bagus," ia menambahkan.
Bea Cukai menyasar empat komoditas utama yakni pakaian bekas impor, amonium nitrat, kayu, dan narkotika dalam operasi ini.
"Kalau untuk kawasan timur ini polanya memang berbeda, umumnya selundupan itu bahan hasil alam seperti kayu, kalau di barat biasanya barang konsumsi," jelasnya.
Operasi Patroli Laut Jaring Wallacea 2018 merupakan lanjutan dari operasi patroli pada tahun-tahun sebelumnya.
Dalam operasi tahun 2016 dan 2017, Bea Cukai telah berhasil melakukan 17 penindakan dan mengamankan berbagai barang termasuk 100 meter kubik kayu ulin dan meranti; 107,2 kg rotan, 1.169 ballpressed pakaian bekas, 442 sepeda bekas, lima kapal penangkap telur ikan terbang, 39.000 batang rokok, ribuan botol minuman keras, serta kopra, dan cengkeh.
Baca juga:
BC Bali gagalkan penyelundupan sabu-sabu lewat organ
Bea Cukai musnahkan belasan juta rokok ilegal
Pewarta: Nurhaya J Panga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
