Madrid (ANTARA News) - Pada Agustus yang panas mencekik saat awal musim ini Real Madrid kukuh dingin membeku dengan menghancurkan Barcelona dalam agregat 5-1 pada Piala Super Spanyol.

Pertandingan itu layaknya unjuk kekuatan dari tim dominan Spanyol tersebut. Kemenangan ganda itu menunjukkan bahwa mereka ada di atas Barcelona yang sekaligus mengantarkan musuh bebuyutan mereka berada di ambang krisis.

Pelatih baru Barca Ernesto Valverde terlihat pasrah ketika pemain depannya yang asal Brasil, Neymar, pindah ke Paris St Germain dan saat bersamaan harus menyaksikan Real tidak bisa dibendung.

"Ini pertama kalinya kami merasa Madrid superior," kata bek Barca Gerard Pique seusai ditaklukkan Madrid pada Piala Super itu.

Tetapi beberapa bulan kemudian, sudah tak dipungkiri lagi Real tidak akan mampu mempertahankan gelar juara liga begitu Barcelona merangsek ke puncak klasemen.

Asa Madrid di liga seketika berantakan Desember tahun lalu ketika Barcelona merajalela di Santiago Bernabeu dengan menang 3-0 dalam El Clasico sehingga makin jauh meninggalkan tim asuhan Zinedine Zidane itu dengan selisih 14 poin.

Sebulan kemudian Real juga dicampakkan dari Piala Raja karena kalah selisih gol tandang oleh tim lemah Leganes dan Barcelona pun tidak tertahankan untuk menjuarai piala ini yang merupakan keempatnya secara berturut-turut.

Bagi Barcelona itu adalah langkah pertama ke arah mencetak dua gelar yang cuma membutuhkan satu poin lagi dari lima pertandingan tersisa untuk merampas gelar juara liga dari Real.

Real dapat mengurangi penderitaannya dengan cara mempertahankan gelar juara Liga Champions yang praktis menjadi satu-satunya harapan untuk selamat dari musim yang mengecewakan ini.

Mereka menghadapi Bayern Muenchen pada semfinal di tengah ambisi mereka menjadi juara kompetisi ini selama tiga musim berturut-turut, setelah musim lalu menjadi tim pertama Eropa yang mempertahankan gelar juara Liga Champions dengan mengalahkan Juventus pada partai final.

Di sisi lain, Muenchen si juara Bundesliga, bernafsu untuk membalas kekalahan musim lalu saat dihempaskan dalam agregat 3-6 yang kontroversial oleh tim besutan Zidane pada perempatfinal.

"Kita membutuhkan wasit yang lebih baik untuk partai perempat final," keluh pelatih Bayern saat itu Carlo Ancelotti setelah timnya dan dua pemainnya terusir dari dua leg pertandingan dan Real mencetak gol dari posisi offside.

"Kami akan bekerja keras dan jika kami sudah melakukannya dua kali, mengapa kami tak bisa melakukannya untuk tiga Liga Champions beritkunya," kata bek Real Dani Carvajal menjelang pertandingan leg pertama semifinal Liga Champions di Muenchen, Rabu malam waktu setempat atau Kamis dini hari lusa WIB.

Ini bukan pertama kalinya musim Real diselamatkan oleh kejayaan di Eropa.

Pada 2016 mereka merebut trofi ini setelah Barcelona menjuarai dua kompetisi domestik dan pada 1998 ketika mereka menjadi juara Eropa setelah finis pada urutan lima klasemen liga, demikian Reuters.

Baca juga: Preview Liga Champions - Mohamed Salah bakal terus dikuntit Roma

 

Pewarta: ANTARA
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018