Kupang (ANTARA News) - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi untuk mengembangkan wisata menonton paus (whale watching) dengan berbasis konservasi.

"NTT bisa mengembangkan wisata menonton paus (whale watching) berbasis konservasi, yang tentunya akan mendukung program konservasi perairan dari pemerintah yakni Taman Nasional Perairan Laut Sawu," kata Pengamat kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Chaterina A. Paulus, Msi kepada Antara di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan penemuan muntahan paus di Kabupaten Lembata dan Kota Kupang beberapa waktu lalu, dan potensi paus di wilayah perairan itu yang bisa bermanfaat secara ekonomis.

"Menurut saya, inilah saatnya kita secara bijak memikirkan masa depan dari `Setasean` yang berharga ini, baik dari sisi ekologis, ekonomis, dan sosial budaya," katanya.

Setasean adalah sebutan umum bagi mamalia lautan antara lain paus, lumba-lumba dan pesut. Bernafas menggunakan paru-paru dan berproduksi dengan cara melahirkan.

Perhatian ini penting mengingat paus ini adalah ikon dari provinsi berciri kepulauan yang kedepannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dengan kondisi perairan tropis hangat yang NTT miliki adalah wilayah migrasi musiman dari paus, katanya.

Dia juga mengharapkan, Universitas Nusa Cendana dan beberapa perguruan tinggi lainnya, menjadi center of excellence dari pengelolaan Setasean di wilayah Indonesia.

Hal itu sangat memungkinkan karena sudah ada komitmen pemerintah dari aspek kelembagaan yaitu dengan adanya Dewan Konservasi Perairan Provinsi (DKPP) NTT, yang di dalamnya termasuk Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional dan UPT pusat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, katanya.

Baca juga: Pertama kali, penyelundupan muntahan paus digagalkan
 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018