Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pusat Studi ASEAN Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Jombang, Zahrul Azhar, menyayangkan inisiatif yang akan diangkat Presiden Joko Widodo dalam KTT ke-32 ASEAN di Singapura bukan soal krisis kemanusiaan Rohingya.

"Ada isu yang lebih besar di kawasan, dan kita tahu yang paling mendesak adalah Rohingya, kenapa malah ke siber?" kata dia, di Singapura, Jumat.

Sebelumnya dalam pernyataan Direktorat Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri disebutkan Jokowi akan mendorong ASEAN untuk meningkatkan kerja sama dalam melindungi data pribadi masyarakat setelah insiden penyalahgunaan data para pengguna Facebook untuk kepentingan politik.

Menurut Azhar, inisiatif tersebut sesuai dengan tema yang diangkat keketuaan Singapura di ASEAN untuk memajukan kota-kota pintar, namun ada isu regional yang lebih besar yang perlu diangkat, yakni krisis kemanusiaan Rohingya.

Wakil rektor UNIPDU itu menambahkan, Jokowi seharusnya memperhatikan seruan-seruan dari Komite ASEAN untuk HAM (AICHR) dan Parlemen ASEAN untuk HAM (APHR) yang menjadi peringatan bahwa krisis Rohingya ini sudah jadi masalah kawasan.

"Kalau ASEAN bisa mengatasi Rohingya, ini bisa jadi preseden baik bagi ASEAN yang selama ini masih dianggap seremonial. Padahal bukan, khan? Karena keberadaan ASEAN tujuannya menjaga kemanusiaan," ujarnya.

Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri itu, disebutkan Jokowi dan bersama para pemimpin ASEAN akan menandatangani nota konsep Kerja Sama Keamanan Siber, nota ASEAN Smart Cities Network dan ASEAN Leaders' Vision for a Resilient and Innovative.

Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018