Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan menargetkan kapal selam ketiga yang dirakit PT PAL, Surabaya, atas kerja sama Indonesia dan Korea Selatan, selesai pada 2019.

"Sekarang sedang dibuat dan dirakit. Tahun depan maksimum sudah jadi. Kapal selam yang dibuat atas kerja sama dengan Korsel juga dilengkapi persenjataan yang lengkap," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Totok Sugiharto dalam coffee morning di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin.

Kehadiran tiga kapal selam untuk TNI Angkatan Laut itu, kata dia, akan memberikan efek getar di kawasan.

Sebelumnya, kapal selam kedua KRI Ardadedali 404 telah diresmikan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu di Galangan Daewoo, Korea. Kapal selam pertama KRI Nagapasa-403 telah diresmikan secara langsung oleh Ryamizard pada 2 Agustus 2017 dan saat ini telah memperkuat armada RI.

Kapal selam keempat milik TNI AL sudah berlayar dari Korea pada 28 April 2018 dan akan segera tiba di Komando Armada Timur TNI AL, Surabaya.

"Kira-kira perjalanannya selama 20 hari," kata Totok.

Menurut dia, Menteri Pertahanan menginginkan Indonesia mempunyai paling sedikit delapan kapal selam.  Sedangkan bila mengacu pada yang sudah ada dan yang sedang dalam tahap perakitan, Indonesia baru punya lima unit.

Baca juga: Makna nama KRI Ardadedali-404, kapal selam terbaru Indonesia

"Tapi kita kan bicara sesuai kemampuan anggaran kita," kata Totok.

KRI Ardadedali adalah kapal selam dengan memiliki kemampuan-kemampuan canggih seperti Latest Combat System, Enhanced Operating System, Non-hull Penetrating Mast and Comfortable Accomodation.

Kapal selam berbobot 1400 ton dengan panjang 61,3 meter dan lebar 7,6 menter ini mampu melaju dengan kecepatan 61 knot di bawah air dan bisa mengangkut 41 orang, selain dilengkapi dengan peluncur torpedo 533mm dan peluru kendali antikapal permukaan.

Ardadedali sendiri adalah nama anak panah milik Arjuna. Kapal selam ini bakal menjadi salah satu senjata andalan TNI AL.

Totok menambahkan, kepada Korea Selatan, Ryamizard meminta mereka membeli pesawat CN 235 atau CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia.

"Jadi kedua negara bisa menikmati kerja sama pertahanan yang saling menguntungkan," kata Totok.

Baca juga: Ilmu kapal selam dari Korea mulai dipraktikkan Indonesia

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018