Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Ceko akan menjalin kerja sama bilateral untuk menguatkan industri pertahanan.

“Pengembangan di industri pertahanan dapat memacu sektor terkait lainnya seperti industri komponen, industri baja dari hulu sampai hilir termasuk stainless steel yang akan terserap dalam proses produksi,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa, menyusul pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Ceko Martin Tlapa, Senin waktu setempat.

Menurut Airlangga, kedua negara memiliki potensi besar untuk menjalin hubungan yang lebih erat, terutama pada sektor industri dan untuk industri pertahanan khususnya alat utama sistem persenjataan (alutsista), RI memiliki prospek pasar dan daya saing cukup baik.

“Penguatan daya saing alutsista pertahanan nasional semakin dipacu melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa yang dilakukan kerja sama antara Kementerian Perindustrian dengan Tentara Nasional Indonesia,” kata Airlangga.

Menurut dia, Ceko memandang Indonesia sebagai mitra penting karena letaknya sangat strategis dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di Asia Tenggara khususnya, dan Asia Pasifik pada umumnya.

“Di samping itu, Ceko melihat Indonesia berperan aktif dalam kerja sama regional seperti ASEAN, APEC dan ASEM,” kata Airlangga.

Sebaliknya Indonesia menilai Ceko berperan penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di Eropa Tengah.

Ceko adalah mitra dagang Indonesia terbesar keempat di Eropa Tengah dan Timur setelah Rusia, Ukraina dan Polandia, dengan total investasi selama 2010-2015 sebesar 34,35 juta dolar AS.

Pada pertemuan tersebut, poin lain yang dihasilkan adalah Ceko mendukung Indonesia menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.

“Ceko juga berharap Bapak Presiden Joko Widodo dapat melakukan kunjungan resmi ke Ceko untuk memperkuat hubungan antar kedua negara,” tutup Airlangga.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018