Bogor, Jawa Barat (ANTARA News) - Umat Islam Indonesia dan Iran dapat bekerja sama dalam bentuk bertukar pengalaman dalam menerapkan nilai dan sistem Islam pada kehidupan sosial dan keluarga, kata Wakil Presiden Iran Untuk Urusan Perempuan dan Keluarga, Massoumeh Ebtekar.

"Kami punya kesuksesan di Iran, dan anda punya kesuksesan di Indonesia. Kita perlu belajar dari kesuksesan-kesuksesan itu, tapi kita juga harus mengambil pelajaran darinya guna mengahadapi tantangan di Iran dan di Indonesia," kata Wapres Ebtekar dalam wawancara khusus dengan Kantor Berita Antara di Bogor, Selasa.

Wapres Ebtekar sedang berada di Bogor, Jawa Barat, guna menghadiri Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Islam "wasathiyah" (moderat) yang berlangsung pada 1-3 Mei 2018. Hari pertama KTT Islam Wasathiyah ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.

Menurut dia, tantangan bagi Indonesia dan Iran adalah bagaimana mempraktikkan ajaran-ajaran Islam dalam sistem dan struktur politik modern, serta menerapkan syariat Islam dalam masyarakat yang terus berkembang.

"Salah satu isu global yang penting adalah adanya perbedaan antargenerasi. Generasi muda memiliki sistem nilai dan mereka dipengaruhi oleh sosial media. Media sosial adalah alat yang penting, namun dapat menjadi ancaman bagi budaya kita," jelas Wapres Ebtekar.

Dia menekankan bahwa Muslim Indonesia dan Iran harus dapat bekerja sama dalam bertukar pengalaman, menguatkan posisi dan identitas serta sistem nilai.

"Contohnya adalah hubungan sosial dalam Islam, yang mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang terjadi di dunia barat di mana kaum wanita dikomersialisasikan dan dijadikan komoditi sehingga mereka hanya memperhatikan penampilan fisik yang berujung pada kekerasan seksual," jelas Wapres Ebtekar.

Sementara dalam Islam, lanjutnya, ada aturan mengenai busana dan bagaimana berperilaku dalam kehidupan sosial.

"Dengan itu, kita dapat melindungi kehormatan laki-laki dan perempuan, juga keluarga yang sangat penting dalam masyarakat kita," ujarnya.

Wapres menekankan bahwa perempuan memiliki peran dalam politik dan sosial, namun harus bangga menjadi perempuan dan ibu.

"Mereka tak perlu menjadi laki-laki untuk tampil dalam masyarakat. Kita harus bertukar pengalaman dalam hal ini untuk melindungi keluarga dan masyarakat kita," katanya.
 

Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018