Manado (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa faktor cuaca hujan yang tinggi mendorong laju inflasi volatile food di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada April 2018.

"Inflasi Kota Manado pada April 2018 sebesar 1,09 persen ini dipicu oleh komoditi tomat sayur yang mengalami peningkatan cukup tinggi," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Soekowardojo di Manado, Rabu.

Soekowardojo mengatakan dari informasi yang dikumpulkan di lapangan, pasokan tomat sayur cenderung mengalami penurunan yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu membuat petani mendorong bersikap "menunggu" (menghindari risiko kerusakan).

Dia mengatakan selisih harga positif antar Manado dan daerah lain juga mendorong petani melakukan arbitrase dengan menjual ke luar daerah.

Dan, katanya, harga cabai yang lebih tinggi dari tomat sayur serta risikonya yang lebih rendah mendorong petani memilih menanam cabai.

Inflasi bulanan April 2018 terutama disebabkan oleh inflasi kelompok (Volatile Foods/VF). Inflasi kelompok VF tercatat sebesar 7,49% (mtm) yang terutama disumbang oleh komoditas tomat sayur, yang memiliki andil 1,209% (smtm), meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya yang deflasi sebesar -0,115% (smtm).

Selain tomat sayur, komoditas lain yang memberikan sumbangan inflasi dari kelompok VF yaitu bawang merah, cakalang, bawang putih dan cabai rawit.

Penyebab tingginya inflasi kelompok VF terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan terkait perayaan hari besar keagamaan dan curah hujan yang tinggi pada April sebagaimana perkiraan BMKG Sulut.

Pada April 2018, inflasi Sulawesi Utara tercatat sebesar 1,09 persen (mtm), inflasi tahun kalender sebesar 2,28 persen (ytd), dan inflasi tahunan sebesar 2,24 persen (yoy). Secara bulanan, inflasi Sulut pada April tercatat meningkat, baik dibandingkan dengan realisasi inflasi Sulut bulan sebelumnya (0,13 persen mtm), rata-rata inflasi Sulut April dalam 5 tahun terakhir (-0,22 persen mtm), maupun inflasi nasional April (0,10 persen mtm).

Sementara itu secara tahun kalender, inflasi Sulut pada April tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya (2,49 persen ytd).

Berdasarkan komponennya, katanya, inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan bergejolak (Volatile Foods/VF), sedangkan kelompok tarif yang diatur pemerintah (Administered Prices/AP) dan kelompok inti (core) tercatat mengalami deflasi.

Di sisi lain Kelompok Core menahan laju inflasi, namun dengan level yang relatif kecil, sebesar 0,03 persen (mtm). Deflasi pada kelompok core didorong oleh komoditas Daun Paku/Pakis (-7,44 persen (mtm), Daun Selada/Selada (-3,75 persen mtm), Kakap Putih (-3,66 persen mtm) dan Semen (-2,43 persen mtm).

Sementara katanya, kelompok AP menahan inflasi laju inflasi yang lebih tinggi dengan mencatatkan deflasi yang cukup dalam sebesar -1,74 persen (mtm). Deflasi pada kelompok AP disumbang oleh tarif angkutan udara yang mengalami deflasi -0,38 (mtm).

Tidak adanya long weekend pada bulan April 2018 dibanding Maret 2018 membuat permintaan angkutan udara berkurang. Penurunan permintaan angkutan udara memicu deflasi pada AP dan ikut menahan laju inflasi April 2018.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018