Xiamen, China (ANTARA News) - Kampung wisata Shapowei di Xiamen, Provinsi Fujian, China, mempererat hubungan sejarah kebudayaan Bali dan Tiongkok salah satunya dengan keberadaan uang kepeng yang hingga saat ini masih dimanfaatkan umat Hindu di Pulau Dewata untuk melengkapi upacara.

"Ini semacam pertukaran budaya yang sejak zaman dahulu berlangsung dan sampai sekarang di Bali masih digunakan untuk upacara keagamaan," kata pemerhati studi Indonesia Cai Jincheng ketika mendampingi awak media dari Bali di Shapowei, Xiamen, Provinsi Fujian, pertengahan pekan ini.

Di kawasan wisata sejarah budaya itu terdapat museum yang memajang beberapa peninggalan bersejarah ketika daerah itu menjadi pusat pelabuhan perikanan dan perkapalan.

Salah satu peninggalan yang ditampilkan di antaranya uang kepeng atau uang logam yang bentuk bulat yang ditengahnya bolong.

Dia menjelaskan uang kepeng merupakan peninggalan Dinasti Ming yang berkisar tahun 1368 hingga 1643 Masehi dan Dinasti Qing tahun 1644 hingga 1911.

Sedangkan masyarakat Bali menyebut uang logam bertuliskan huruf China tersebut "pis bolong" yang masih digunakan sebagai sarana pelengkap ritual Hindu di Pulau Dewata.

Mantan Kepala Pusat Studi Indonesia dari Fakultas Budaya Timur dan Bahasa Universitas Guangdong itu menambahkan adanya peninggalan yang dipamerkan di museum tersebut menjadi kesempatan mengenalkan kepada masyarakat Tiongkok bahwa uang kepeng dilestarikan di Bali.

Sehingga hal tersebut diharapkan dapat mengangkat citra Pulau Dewata sebagai destinasi pariwisata budaya yang saat ini menjadi favorit turis China.

Uang kepeng, lanjut dia, juga menandakan hubungan kedua bangsa terjalin erat saat masa lampau yang dibawa para pedagang dan perantau dari Tiongkok ke Indonesia salah satunya Bali.

"Lain halnya dengan di Bali yang masih digunakan untuk upacara keagamaan, kalau di China uang kepeng itu hanya menjadi peninggalan sejarah," ucapnya.

Saat ini Shapowei menjadi "museum" ragam budaya setelah dipugar melalui program pengembangan tahun 2016.

Kawasan perairan itu kini tertata rapi dan cukup bersih meski tidak lagi menjadi pusat perikanan.

Baca juga: Hidupkan tradisi pos dari jalan kuno Beijing
Baca juga: Pingtan, tujuan wisata baru di Tiongkok daratan bagi pelancong manca negara

 

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018