Pekanbaru (ANTARA News)  - Presiden Joko Widodo mengungkapkan upaya peremajaan tanaman kelapa sawit di Indonesia saat ini terhitung terlambat sehingga berdampak pada penurunan produktivitas kebun sawit.
   
"Replanting yang kita lakukan ini hitungannya sudah terlambat, karena umurnya sudah banyak yg lebih dari 20 hingga 25 tahun, gak produktif lagi secara itung-itungan," kata Jokowi usai blusukan di Mal Ciputra Seraya Kota Pekanbaru,  Selasa malam.

Ia menyebutkan pemerintah ingin melakukan peremajaan untuk  area-area kebun sawit milik rakyat supaya produksi per hektarenya bisa meningkat dua sampai tiga kali lipat.

Dalam kunjungannya ke Kabupaten Rokan Hilir,  Riau,  Presiden Jokowi akan menyaksikan peremajaan tanaman kepala sawit rakyat.  

"Yang kita lakukan gak hanya di sini saja kan, di beberapa provinsi juga, saya rasa ini yang akan terus kita lakukan," katanya.

Sementara itu mengenai proyek strategis nasional yang tertunda penyelesaiannya,  Presiden mengatakan proyek-proyek itu ada yang bisa selesai 2019, 2023 bahkan 2024.

"Jadi jangan ada yang menyampaikan PSN harus selesai tahun 2019, nggak, ada yang selesai 2020, ada yang 2023," katanya.

Sementara itu mengenai adanya warga yang menolak tanahnya digunakan untuk proyek waduk,  Presiden mengatakan dirinya sudah meminta pihak terkait seperti Kementerian PUPR untuk mengkomunikasikan rencana pembangunan infrastruktur itu dengan baik.  

"Agar dikomunikasikan dengan baik bahwa ini nantinya memang akan bermanfaat bagi rakyat banyak, tapi jangan juga merugikan rakyat yang sudah menempati tanah yang ada yang akan dipakai untuk waduk itu, semua persoalan pasti ada solusinya," kata Jokowi.

 Sementara itu mengenai larangan pemakaian kaus bertuliskan 2019 gantipresiden,  Jokowi mengatakan masak pakai kaus dilarang.  

"Ya masak pakai kaus saja dilarang, pakai kaus gak dilarang itu," katanya.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018