Mereka tampaknya dalam keadaan sehat."
Washington/Seoul (ANTARA News) - Singapura menjadi tempat yang paling memungkinkan untuk pertemuan puncak antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, demikian komentar pejabat AS, setelah Pyongyang membebaskan tiga tahanan AS.

Tiga tahanan, yang dibebaskan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertemu Kim di Pyongyang, Ibu Kota Korut, terbang kembali ke Washington, tempat Trump mengatakan segera bertemu mereka pada Kamis (10/4) waktu setempat.

Pembebasan tahanan AS terakhir di Korut tampaknya menandakan upaya Kim untuk meningkatkan kemungkinan diadakannya pertemuan puncak dan mengikuti janji terbarunya untuk menunda uji coba peluru kendali (rudal), serta menutup lokasi uji coba bom nuklirnya.

Seorang pejabat AS, yang tak mau disebutkan namanya, mengatakan Singapura telah muncul sebagai lokasi yang paling memungkinkan untuk pertemuan puncak yang direncanakan, setelah Trump mengesampingkan untuk mengadakan pertemuan puncak di zona demiliterisasi yang dijaga ketat antara Korut dan Korea Selatan (Korsel)

Trump, yang sebelumnya mengatakan Singapura sedang dipertimbangkan untuk lokasi pertemuannya, mengatakan kesepakatan telah dicapai dengan tanggal dan tempat dan rincian akan diumumkan dalam tiga hari.

Pembebasan para tahanan memberi Trump kesempatan untuk menunjukkan prestasi diplomatik hanya sehari setelah keputusannya untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran mengundang kecaman keras dari sekutu Eropa dan lainnya.

"Saya senang untuk memberitahu Anda bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sedang terbang dan dalam perjalanan kembali dari Korut dengan tiga pria yang ingin ditemui semua orang. Mereka tampaknya dalam keadaan sehat," demikian cuitan Trump di Twitter.

Baca juga: Trump berterima kasih ke Kim saat sambut eks tahanan Korut

Sementara itu, kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menyatakan, "Saya menghargai Kim Jong-un melakukan ini, dan mengizinkan mereka pergi."

Ketiga pria tersebut adalah misionaris Korea-Amerika Kim Dong-chul, yang ditahan pada 2015; Kim Sang-duk, juga dikenal sebagai Tony Kim, yang menghabiskan satu bulan mengajar di Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang yang didanai asing (PUST) sebelum dia ditangkap pada 2017; dan Kim Hak-song, yang juga mengajar di PUST serta ditahan 2018.

"Kami ingin menyampaikan penghargaan mendalam kami kepada pemerintah AS, Presiden Trump, Menteri Pompeo, dan orang-orang AS untuk membawa kami pulang," demikian tiga orang itu dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri saat pesawat mereka berhenti di Alaska.

Mereka mencatat, "Kami bersyukur kepada Tuhan, dan semua keluarga dan teman-teman kami yang berdoa untuk kami dan untuk kepulangan kami. Tuhan memberkati Amerika, negara terbesar di dunia."

Media pemerintah Korut mengatakan mereka ditangkap atas subversi atau "tindakan bermusuhan" terhadap pemerintah.

Hingga saat ini, satu-satunya orang Amerika yang dibebaskan Korut selama kepresidenan Trump adalah Otto Warmbier, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang kembali ke AS dalam keadaan koma musim panas lalu setelah 17 bulan ditahan dan meninggal beberapa hari kemudian.

Kematian Warmbier meningkatkan ketegangan AS-Korut, yang sudah mencapai puncaknya pada saat itu atas uji coba misil Pyongyang.

Baca juga: Trump ungkap perundingan pembebasan warga AS di Korut

Baca juga: Korut bebaskan dua warga AS

Baca juga: Indonesia siap fasilitasi pertemuan Kim Jong-un dan Trump

Baca juga: Konstitusi, alasan Jokowi tawarkan RI jadi tempat temu Trump-Jong Un


 

Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018