Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta menyebut tinggi kolom asap dari letusan freatik Gunung Merapi pada Jumat mencapai sekitar 5,5 kilometer.

"Benar terjadi letusan freatik di Gunung Merapi sekitar pukul 07.40 WIB dengan ketinggian kolom asap mencapai 5,5 kilometer," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida.

Dia menjelaskan letusan freatik tersebut terjadi sekitar lima menit dan sempat terdengar suara gemuruh, namun tidak ada letusan susulan.

Mengenai hujan abu usai letusan, Hanik mengatakan belum dapat memastikan karena BPPTKG sedang menerjunkan personel untuk melakukan pemantauan di Pakem dan sekitar Kaliurang.

Hanik mengatakan letusan freatik di Merapi tidak hanya terjadi saat ini tetapi sudah terjadi beberapa kali dan merupakan kondisi normal usai letusan besar di Merapi pada 2010.

"Letusan ini dipicu akibat ada uap air yang bertemu dengan panas yang menyebabkan terjadi embusan. Letusan didominasi uap air," katanya.

Sebelum erupsi, jaringan seismik Gunung Merapi tidak merekam adanya peningkatan kegempaan. Namun demikian, sempat teramati peningkatan suhu kawah secara singkat pukul 06.00 WIB atau sekitar dua jam sebelum erupsi.

Pascaerupsi, kegempaan yang terekam tidak menunjukkan perubahan dan suhu kawah mengalami penurunan.

Hanik mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi tidak panik dan selalu mematuhi informasi yang disampaikan petugas di lapangan.

Sampai saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Merapi statusnya masih "Aktif Normal".

Baca juga: Status Gunung Merapi normal aktif

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018