Jakarta (ANTARA News) - Industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan pada triwulan I tahun 2018 sebesar 4,50 persen, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya di angka 4,28 persen.

Sektor manufaktur pada kuartal pertama tahun ini masih memberikan kontribusi terbesar dengan mencapai 20 persen terhadap perekonomian nasional pada 12 Mei 2018.

“Pertumbuhan tersebut karena didukung dari peningkatan produksi baik di sektor skala besar maupun industri kecil dan menengah (IKM). Selain itu, adanya kenaikan ekspor untuk komoditas nonmigas,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.

 

Menperin menyebutkan, pada periode triwulan I/2018, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen. 

 

Capaian ini sejalan dengan peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan pertambangan sebagai dampak dari peningkatan aktivitas kedua lapangan usaha tersebut.

 

Selanjutnya, kinerja gemilang diikuti oleh industri makanan yang menempati angka pertumbuhan hingga 13,01 persen. 

 

Selain didorong oleh peningkatan produksi minyak kelapa sawit, momentum menghadapi bulan Ramadan juga menjadi salah satu stimulus dalam memacu produktivitas di industri makanan.

 

“Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya,” ungkap Airlangga. 

 

Selain itu, pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) dan kenaikan harga komoditas.

 

Kementerian Perindustrian mencatat, sektor manufaktur yang kinerjanya di atas PDB nasional, antara lain industri alat angkutan tumbuh sebesar 11,30 persen, industri pakaian jadi 10,9 persen, industri logam dasar 9,94 persen, serta industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional 7,36 persen.

 

Airlangga menegaskan, pihaknya bertekad untuk semakin memacu pertumbuhan industri manufaktur.

 

Pasalnya, aktivitas sektor pengolahan konsisten membawa efek berganda bagi perekonomian nasional seperti peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, serta penerimaan devisa dari ekspor.

 

“Kami fokus menjalankan hilirisasi industri,” ujarnya. 

 

Selain itu, Kemenperin aktif untuk menarik investasi dan menggenjot ekspor. 

 

“Industri juga menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai,” imbuhnya.

 

Berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi sektor industri manufaktur sepanjang kuartal I/2018 mencapai Rp62,7 triliun. 

 

Realisasi tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri senilai Rp21,4 triliun dan penanaman modal asing sebesar 3,1 miliar dolar AS. 

 

Sektor industri logam, mesin, dan elektronik menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi mencapai Rp22,7 triliun.

 

Guna lebih mendongkrak produktivitas dan daya saing industri saat ini, Airlangga menyampaikan, langkah-langkah strategis yang telah dijalankan Kemenperin di antaranya adalah memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi.

 

“Kemudian, kami mendorong industri untuk melaksanakan kegiatan litbang dan menerapkan teknologi terkini agar dapat menciptakan inovasi,” paparnya. 

 

Upaya ini merupakan salah satu dari impelementasi 10 prioritas nasional sesuai arah peta jalan Making Indonesia 4.0 guna menuju kesiapan menghadapi era revolusi industri generasi keempat.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018