Jakarta (ANTARA News) - Kurang dari seratus hari menjelang pelaksananan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, kesibukan Indonesia selaku tuan rumah dalam persiapan menuju perhelatan besar itu mendapat tantangan dengan terjadinya peristiwa serentetan teror bom yang mengguncang Kota Surabaya pada 13-14 Mei.

Meski tragedi teror bom yang menelan sejumlah korban jiwa itu bukan terjadi di Jakarta atau Palembang selaku kota penyelenggara Asian Games, namun tidak bisa dibantah jika peristiwa tersebut turut memberi isyarat perlunya kewaspadaan ekstra agar pesta olahraga terbesar se-Asia itu dapat berjalan dengan lancar dan aman.

Lima ledakan bom terjadi Surabaya pada Minggu hingga Senin (13-14 Mei 2018), meliputi  ledakan di tiga gereja, kemudian di rumah susun di kawasan Wonocolo, dan di Mapolrestabes Surabaya. Total korban tewas pada peristiwa itu 25 orang, dan melukai puluhan lainnya.

Sebelumnya, pada 8-10 Mei, aksi terorisme juga terjadi di Rumah Tahanan Mako Brimob, Depok, dimana sejumlah narapidana dan tahanan teroris melakukan kerusuhan hingga pembunuhan terhadap polisi.

Rentetan perisitiwa itu membuat Indonesia menjadi sorotan pemberitaan dan keprihatinan dunia. Sejumlah negara telah menyampaikan simpati kepada Indonesia dan para korban serangan teroris tersebut.

Dalam kaitannya dengan perhelatan Asian Games ke-18 pada 18 Agustus hingga 2 September 2018 mendatang, isu keamanan menjadi sorotan penting harus dikelola dengan baik dan tepat sehingga tidak ada kekhawatiran bagi semua pihak yang terlibat dalam event tersebut.

Ketua panitia penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) Erick Thohir menyatakan keprihatinannya atas peristiwa teror bom yang terjadi di Surabaya hari Minggu dan Senin, dan juga peristiwa penyerangan oleh narapidana teroris di Mako Brimbob Depok.

Ia berharap pihak berwenang Indonesia dapat mengatasi masalah keamanan tersebut hingga situasi dapat makin kondusif, termasuk ketika Indonesia menggelar Asian Games 2018, dimana lebih dari 20 ribu tamu asing akan datang, baik dari kalangan atlet, ofisial, suporter maupun tamu-tamu VIP.

Selain Asian Games, pada 2018 Indonesia juga akan menjadi tuan rumah event besar berskala internasional, di antaranya Asian Para Games dan pertemuan IMF pada Oktober mendatang.

Standar keamanan

Untuk Asian Games di Jakarta dan Palembang, Erick memastikan pengamanan Asian Games 2018 akan dilakukan berlapis sesuai dengan standar internasional untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan seperti tindakan teror.

"Akan ada ring satu, dua, tiga, karena sudah sesuai standar internasional. Tentu kami akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait," kata Erick dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Jakarta, Senin (14/5).

Selain itu, sesuai standar prosedur penyelenggaraan kegiatan olahraga internasional, semua orang yang masuk ke tempat-tempat berlangsungnya perhelatan Asian Games harus teridentifikasi melalui tanda pengenal atau pun tiket resmi untuk penonton.

Peristiwa teror di Indonesia terjadi di saat INASGOC sedang gencar-gencarnya mempromosikan Asian Games 2018 ke seluruh dunia dan menyebarkan "Energy of Asia" di Indonesia yang tentunya harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seluruh tamu-tamu yang datang.

Oleh sebab itulah, kata Erick, ia siap menjelaskan kepada calon delegasi negara-negara peserta Asian Games mengenai kesiapan Indonesia menjamin keamanan selama kegiatan olahraga multicabang itu berlangsung.

"Kami siap memberikan penjelasan jika ada negara peserta yang mengajukan pertanyaan, kalau perlu kami datang langsung ke negara yang bersangkutan," kata Erick yang juga selaku Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu.

Persiapan INASGOC juga tetap berjalan seperti biasa, termasuk proses pendataan atlet-atlet dan ofisial yang akan datang ke Indonesia untuk bertanding dalam semangat persabatan antarbangsa Asia. Atlet-atlet Indonesia pun tetap digenjot dalam pelatnas masing-masing cabang olahraga untuk mengejar target meraih prestasi peringkat 10 besar Asia Games.

Hitung mundur menjelang Asian Games sudah melewati kurang dari 100 hari, dan itu berarti waktunya semakin dekat untuk menuju dilaksanakannya perhelatan akbar yang kembali diadakan di Indonesia setelah yang pertama tahun 1962.  

Sementara itu Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi  menegaskan tindakan-tindakan teror tidak akan menghambat berbagai persiapan Indonesia menuju Asian Games dan Asian Para Games 2018.

Meskipun demikian, hal itu bukan berarti pemerintah, INASGOC dan Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC) mengendurkan kewaspadaan terhadap kemungkinan gangguan keamanan.

Pemerintah, INASGOC dan INAPGOC, kata Menpora akan terus bekerja sama dengan semua pihak terkait terutama keamanan untuk melakukan pengamanan.

"Kita tunjukkan bahwa 'Energy of Asia' tak berhenti hanya karena tragedi bom kemarin," kata Imam.

Promosi Asian Games terus dilakukan. Logo Asian Games plus maskot Bhin-bhin, Atung, Kaka, sudah terpampang di berbagai tempat di Indonesia. Bahkan kampanye juga dilakukan di berbagai negara di Asia, melalui kegiatan olahraga massal dan festival-festival.

Gangguan keamanan yang terjadi menjelang Asian Games tentunya tidak perlu menyurutkan semangat bagi masyarakat Indonesia dan Asian untuk berpartisipasi menyukseskan perhelatan akbar tersebut.

Baca juga: Puan minta venue Asian Games 2018 selesai tepat waktu

Baca juga: Sandiaga Uno: Jakarta siap gelar Asian Games 2018

Baca juga: Inasgoc pastikan pengamanan Asian Games 2018 dilakukan berlapis

 
Menpora Imam Nahrawi (tengah) berbincang bersama Ketua Umum Inasgoc Erick Thohir (kiri) dan Ketua Inapgoc Raja Sapta Oktohari (kanan) usai memberikan keterangan kepada media terkait penyelenggaraan Asian Games 2018 pasca serangan bom bunuh diri di wilayah Jawa Timur di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (14/5/2018). Dalam keterangannya Kemenpora, Inasgoc dan Inapgoc optimistis bahwa penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games berjalan lancar dan aman. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

 

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018