Sydney (ANTARA News) - Berawal dari kepeduliannya terhadap perkembangan petani, Sanny Gadaffi mendirikan 8villages Indonesia agar para petani tidak ketinggalan menikmati teknologi di dunia digital. 

“Aplikasi edukasi dan komunikasi, kayak Facebook, tapi, seputar dunia tani,” kata Sanny selaku Pendiri sekaligus CEO 8villages, saat ditemui di Paviliun Indonesia di pameran teknologi CeBIT Australia 2018 di Sydney, Australia.

Penggunaan ponsel pintar di kalangan masyarakat menjadi kekuatan 8villages untuk mengembangkan layanan berbasis komputasi awan untuk menjawab permasalahan di dunia pertanian.

8villages menaruh perhatian pada kesejahteraan para petani, mereka melihat peningkatan produksi para petani tidak selamanya berdampak pada pendapatan, dalam banyak kasus para tengkulak yang meraup keuntungan lebih banyak.

Banyaknya kasus petani tidak mendapatkan harga yang pantas untuk komoditas yang mereka produksi, menggerakkan 8villages untuk menuangkan layanan mereka ke dalam aplikasi Rego Pantes, nama yang diambil dari kosakata bahasa Jawa berarti "harga yang pantas".

Baca juga: Di Sydney, Bekraf promosikan startup Indonesia

Baca juga: Merakyat.co sediakan solusi teknologi untuk UKM

Baca juga: Squline, les bahasa dari jarak jauh

Baca juga: Jojonomic, aplikasi untuk permudah reimburse


Lewat Rego Pantes petani dapat berhubungan langsung dengan konsumen akhir, dengan mekanisme harga tengah yang dihitung oleh sistem.

Sama seperti berjualan di e-commerce, para petani dapat memasarkan hasil buminya melalui Rego Pantes, hanya saja, harga yang dipasang oleh setiap petani untuk sebuah komoditas sama, untuk mencegah permainan harga

Dengan platform ini, Sanny mengharapkan para petani tidak lagi menjual produk mereka ke tengkulak yang mempermainkan harga dan mendapat keuntungan langsung dari hasil penjualan mereka.

Meski ingin memotong rantai penjualan melalui tengkulak, Sanny berpendapat tidak semua tengkulak berlaku negatif dan tertarik bekerja sama dengan tengkulak yang memberikan nilai tambah pada para petani.
 

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018