Kupang (ANTARA News) - Kapal motor penyeberangan feri yang sempat berhenti akibat cuaca buruk, kini telah melayani penumpang antarpulau di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Senin (14/5).

"Kapal feri sudah beroperasi kembali sejak Sabtu (19/5) 2018 ke semua rute penyeberangan, kecuali ke Aimere dan Sabu Raijua yang baru dibuka pada Senin, (21/5)," kata Manager ASDP Cabang Kupang, Burhan Zahim di Kupang, Selasa.

Semua nahkoda kapal sudah diingatkan agar tidak memaksakan kehendak untuk melanjutkan perjalanan jika kondisi cuaca di wilayah perairan laut tidak memungkinkan.

"Kapal sudah beroperasi kembali melayani semua rute penyeberangan, tetapi tetap memprioritaskan keselamatan pelayaran," katanya. Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gelombang di wilayah perairan laut masih cukup tinggi.

Potensi gelombang setinggi 2-3 meter masih terjadi di beberapa wilayah perairan laut NTT hingga 25 Mei mendatang, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo kepada Antara.

Dia merinci, potensi gelombang setinggi tiga meter terjadi di wilayah perairan laut Hindia Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Gelombang perairan laut NTT kembali meninggi

Baca juga: Hujan disertai angin kencang landa NTT


Sementara gelombang setinggi 2-2,5 meter berpotensi terjadi di wilayah perairan laut Selat Sumba, Laut Sawu, perairan Selatan Kupang hingga Pulau Rote dan Laut Timor Selatan Nusa Tenggara Timur.

Di samping gelombang tinggi, kata dia, saat ini wilayah NTT juga sedang dilanda angin kencang yang mencapai 20 satuan kecepatan angin (KT).

Menurut dia, kecepatan angin saat ini mencapai diatas 20 satuan kecepatan angin (KT), sebagai dampak dari monsun Australia dan Asia.

Baca juga: Angin kencang di NTT akibat monsun Australia-Asia

"Kondisi sekarang ini dominan karena pengaruh aktifnya monsun Australia, dengan ada perbedaan tekanan antara Australia dan Asia," katanya.

Menurut dia, tekanan udara di wilayah Autralia saat ini tercatat 1033 milibar (mb) dan di Asia 1010 milibar (mb).

Kondisi ini menyebabkan gradien tekanan yang rapat dan berpotensi angin dengan kecepatan diatas 20 satuan kecepatan angin (KT) untuk wilayah yang dilalui angin termasuk wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), katanya menjelaskan.

Faktor lain adalah pada ketinggian 850 milibar terdapat `Low Level Jet` angin dengan kecepatan di atas 20 KT di wilayah perairan utara Flores, Nusa Tenggara Timur akibat dari perbedaan tekanan yang sangat segnifikan.

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018