Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengungkapkan defisit transaksi berjalan sepanjang 2018 akan mencapai 23 miliar dolar AS atau 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), naik dari 2017 yang sebesar 1,7 persen PDB.

Pernyataan tersebut diungkapkan Agus dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, di Jakarta, Selasa, mengenai pertanggung-jawabannya menjadi Gubernur BI sejak Mei 2013 hingga Mei 2018. Agus akan purna-tugas pada Rabu (23/5) esok.

"Saat 2013-2014, kita tahu defisitnya bisa mencapai 27 miliar dolar AS. Nah pada 2018 ini, defisitnya kira-kira 23 miliar dolar AS. Faktor defisit ini yang menjadi penyebab pelemahan rupiah," ujar Agus.

Hingga kuartal I 2018, neraca transaksi berjalan Indonesia menderita defisit sebesar 5,5 miliar dolar AS. Jika dibandingkan periode sama tahun lalu, defisit itu melebar lebih dari dua kali lipat yang sebesar 2,16 miliar dolar AS.

Agus belum merinci penyebab perkiraan melebarnya defisit transaksi berjalan pada tahun ini. Namun jika merujuk kuartal I 2018, membesarnya defisit transaksi berjalan, menurut BI, karena peningkatan aktivitas produksi dan investasi yang akhirnya meningkatkan impor barang modal dan bahan baku, melebihi pertumbuhan ekspor.

Baca juga: BI: peningkatan impor perlebar defisit transaksi berjalan

"Defisit itu pula yang membuat rupiah terus tertekan," ujar Agus.

Hingga April 2018, ekspor tumbuh 9,01 persen (yoy) dari posisi April 2017 menjadi 14,47 miliar dolar, sedangkan impor tumbuh 34,68 persen (yoy) menjadi 16,09 miliar dolar AS dari April 2017.

Baca juga: Defisit transaksi berjalan turun 1,7 persen PDB

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018