PM Mahathir Mohamad, 92 tahun, yang mengalahkan Najib Razak dalam pemilihan awal bulan ini, telah membuat prioritas untuk mengurangi hutang nasional dan berjanji akan meninjau ulang kontrak proyek-proyek besar yang disepakati pemerintah sebelumnya.
Proyek Jalur Kereta Api Pesisir Timur senilai 55 miliar ringgit (13,82 miliar dolar AS) - pekerjaan terbesar di negara itu dan merupakan bagian dari proyek infrastruktur Beijing yang diberi nama "Jalur Sutera Baru Abad ke-21" (OBOR) mulai tahun lalu.
Proyek itu direncanakan membentang sepanjang 688 kilometer menghubungkan Laut China Selatan di perbatasan Thailand di timur dengan rute-rute pelayaran strategis di Selat Malaka di barat.
"Kami sedang merundingkan kembali perjanjian itu," kata Mahathir kepada surat kabar keuangan The Edge. "Ketentuan-ketentuan yang ada di dalam perjanjian itu sangat merusak ekonomi kami."
Baca juga: Mahathir Muhammad potong gaji menteri untuk kendalikan pengeluaran
Baca juga: Malaysia putuskan pencarian MH370 diakhiri Selasa pekan depan
Baca juga: China berhasil uji coba kereta magnet 160 km/jam
Proyek itu dibangun China Communications Construction Co Ltd, dan sebagian besar didanai pinjaman dari Bank Exim Tiongkok.
Mahathir juga mempertanyakan keperluan untuk proyek itu.
"Dia (Najib) sangat mengetahui bahwa ECRL, contohnya, bukan sesuatu yang kami bisa perbuat. Ini bukan untuk melayani apapun, tidak memberi kami," kata Mahathir.
Pewarta: Mohamad Anthoni
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018