Rejang Lebong (ANTARA News) - Seorang petani di Desa Air Meles Bawah, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu mengembangkan pupuk organik cair (POC) yang berasal dari urine kambing.

Petani yang mengembangkan usaha pembuatan pupuk organik cair ini adalah Selamet (58), warga Dusun V, Desa Air Meles Bawah, Kecamatan Curup Timur, Senin, mengatakan POC yang dihasilkan itu ramah lingkungan dan hasilnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan pupuk kimia.

"Kambing yang saya pelihara ini ada tujuh ekor terdiri dari indukan tiga ekor dan satu ekor kambing jantan, ditambah tiga ekor anakan. Dari tujuh ekor kambing ini dalam sehari semalam bisa menghasilkan lima liter urine kambing," ujarnya pula.

Urine atau air seni kambing ini, kata dia, ditampung dalam ember setelah dialirkan melalui pipa paralon dari kandang yang lantainya sudah disemen dengan kemiringan tertentu, sehingga saat kambing buang air besar dan kecil air seninya langsung mengalir ke dalam ember.

"Air seni kambing yang sudah dikumpulkan dalam drum selanjutnya dicampur dengan air kelapa, air cucian beras, gula dan EM-4 untuk mempercepat bakteri tumbuh, setelah itu diendapkan selama beberapa hari sampai baunya hilang," katanya.

Pemanfaatan urine ternak untuk pupuk organik itu, menurut dia, sudah dilakukannya sejak setahun belakangan, dan produk ini merupakan yang pertama kali dikembangkan oleh dirinya di wilayah itu, serta sudah dipasarkan kepada petani di Rejang Lebong.

Keuntungan penggunaan POC itu selain aman bagi lingkungan dan warga yang mengonsumsinya, juga akan mengembalikan kesuburan tanah, terutama untuk tanah yang selama ini menggunakan pupuk kimia.

Tanaman yang disiram dengan POC ini seperti aneka sayuran, akan cepat besar serta dan menghasilkan buah yang cukup bagus dan tidak mudah busuk.

Pupuk organik cair yang dikembangkannya itu, dijualnya per lima liter Rp50.000.

Selain itu dirinya juga membuat organik dari kotoran sapi peliharaannya yang dicampurkan dengan kulit kopi limbah buangan dari penggilingan kopi di daerah itu, per karung ukuran 20 kg dijual seharga Rp10.000.

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018