Puncak peringatan Waisak berlangsung serentak di seluruh Indonesia pada pukul 21.19 WIB."
Bogor (ANTARA News) - Peringatan Hari Raya Waisak 2562/2018 tingkat Kota Bogor, Jawa Barat, dipusatkan di Vihara Buddhasena, Selasa malam, mengangkat tema Harmoni dalam Kebhinnekaan untuk Bangsa", dihadiri sekitar 1.000 umat Buddha

Ketua Persaudaraan Muda-mudi Vihara Buddhasena, Januar Ludy mengatakan peringatan detik-detik Waisak dimulai dari pukul 18.30 WIB, seluruh umat Buddha yang hadir membaca doa puja bakti yang dipimpin oleh tiga anggota Sangha (Bhikkhu) Sangha Agung Indonesia.

"Puncak peringatan Waisak berlangsung serentak di seluruh Indonesia pada pukul 21.19 WIB," katanya.

Ia mengatakan peringatan Waisak tahun ini terbilang istimewa karena bersamaan dengan bulan Suci Ramadhan.

Sesuai dengan tema, peringatan Waisak di Vihara Buddhasena berlangsung istimewa dari tahun sebelumnya.

Sebelum ibadah doa puja bakti digelar, muda-mudi Buddha melakukan ritual menghantar persembahan puja ke altar dengan menggunakan baju-baju daerah yakni batik dan budaya Sunda.

"Ini baru pertama kalinya, biasanya pakaian yang digunakan adalah pakaian ibadah berwarna putih dan hitam, tapi kali ini kami mengenakan pakaian Sunda dan batik untuk pria," katanya.

Januar menjelaskan, Hari Waisak sebagai salah satu hari besar Agama Budha, memperingati tiga peristiwa penting yang terjadi di saat purnama di bulan Vesakha yaitu kelahiran Sidharta Gotama sebagai calon Buddha yang terlahir sebagai Pangeran di Kapilavastu pada tahun 623 SM.

Kedua memperingati calon Buddha merealisasi nirwana menjadi Budha Gotama di bawah pohon Bodhi, pohon pencerahan di Bodhgaya pada tahun 588 SM.

Dan yang ketiga memperingati wafatnya Buddha Gotama pada tahun 543 SM di Kusinara, di antara dua pohon Sala kembar.

Sementara itu, lanjutnya, tema "Harmoni dalam Kebhinekaan untuk Bangsa" ditetapkan Sangha Agung Indonesia bagi keluarga Buddhayana Indonesia.

"Ini merupakan cerminan semangat dari pelopor kebangkitan agama Buddha Indonesia, yaitu Mendiang Ashin Jinarakkhita, Mahathera," katanya.

Ashin Jinarakkhita, Mahathera, lanjutnya lagi, mengedepankan pandangan nonsektarian untuk dapat melihat secara objektif kebhinekaan yang ada di Indonesia (suku, agama, ras dan antargolongan).

"Waisak kali ini diharapkan memperkuat keberagaman antarumat beragama di Indonesia, khususnya di Kota Bogor," kata Januar.

Sementara itu Yang Mulia Bhikkhu Bhadra Jotika Theram dalam sambutan Waisaknya mengajak seluruh umat Buddha untuk terus menciptakan kerukunan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dengan senantiasa memiliki perbuatan, ucapan, pemikiran yang berdasarkan cinta kasih, saling berbagi, tidak saling menyakiti dan menghargai segala bentuk perbedaaan.

Bhikkhu Bhadra mengatakan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetap satu, sebuah kalimat dari tokoh zaman Majapahit yakni Empu Tantular di abad ke-14.

"Semboyan ini masih terus menjadi kekuatan pemersatu dan harmoni dalam Kebhinnekaan untuk bangsa," katanya.

Bhikkhu Bhadra berharap semoga momentum Waisak 2562 BE tahun 2018 menguatkan kembali harmoni dalam Kebhinnekaan seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menjaga keutuhan bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018