Jakarta (ANTARA News) - Rapat Kerja (Raker) Komisi III DPR dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Senin, menyoroti kinerja institusi itu mengantisipasi dan mengatasi banyak mahasiswa di perguruan tinggi yang terpapar paham radikal.

"Kepala BNPT harus melaporkan tindakannya bagaimana, jangan sampai anak Sekolah Dasar sudah terpapar paham radikal," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Wenny Warouw, dalam Raker Komisi III DPR dengan BNPT, di Jakarta, Senin.

Dia meminta deputi Bidang Pencegahan BNPT berterus terang terkait jumlah personilnya untuk melakukan pencegahan karena kalau jumlahnya selama ini sebanyak 200 orang masih kurang, silahkan laporkan ke Komisi III DPR di dalam Raker tersebut.

Warouw juga mempertanyakan apakah dengan SDM itu BNPT dapat maksimal melakukan pencegahan karena kalau kurang maka anggarannya harus ditambah. "Lalu apakah sudah dikaji info-info dari para pakar yang menyampaikan sebab musabab terjadinya teroris," ujarnya.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan, menanyakan data BNPT terkait perguruan tinggi yang diindikasikan terpapar paham radikal karena persoalan serius disebabkan kampus merupakan tempat anak muda Indonesia meraih masa depan.

Dia menginginkan BNPT serius menanggulangi para mahasiswa di kampus-kampus yang terpapar paham radikal.

"Saya ingin kita mendalami betul yaitu gunakan media sosial sebagai sarana pengembangan terorisme. Kita selalu percaya media sosial menjadi ruang yang netral seperti pisau, bagi orang bijak bisa digunakan untuk memasak masakan yang enak," katanya.

Anggota Komisi III DPR dari FPKS, Aboe Bakar Alhabsyi, mengatakan, dari pemaparan Direktur Pencegahan BNPT disebutkan ada tujuh kampus yang terpapar radikalisme.

Menurut dia BNPT harus memberikan penjelasan lebih lanjut, apa yang menjadi sebab kampus eksakta dan kedokteran terpapar radikalisme.

"Informasi ini didapat dari penelitian atau ada kuesioner khusus? Karena perlu ada indikator yang digunakan agar tidak gampang melabeli anak-anak kita," ujarnya.

Hal itu ditanyakan para anggota Komisi III DPR terkait pernyataan Direktur Pencegahan BNPT, Hamli yang mengatakan hampir semua perguruan tinggi negeri sudah terpapar paham radikal.

"PTN itu menurut saya sudah hampir kena semua (paham radikalisme), dari Jakarta ke Jawa Timur itu sudah hampir kena semua, tapi tebal-tipisnya bervariasi," kata Hamli dalam sebuah diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (25/5).

BNPT membeberkan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya sudah disusupi paham radikal.

Selain itu BNPT menilai kampus negeri maupun swasta menjadi sasaran baru dan empuk bagi penyebar radikalisme khususnya di jurusan eksakta dan kedokteran.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018