Kami secara tegas menolak masuknya kelompok radikal di lingkungan kampus Muhammadiyah...."
Kupang (ANTARA News) - Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur menyatakan menolak radikalisme dengan akan bertindak tegas terhadap mahasiswanya apabila ikut dalam kelompok radikal maupun jaringan ISIS di NTT.

"Kami secara tegas menolak masuknya kelompok radikal di lingkungan kampus Muhammadiyah. Sampai saat ini belum ada mahasiswa yang ikut dalam paham radikal maupun jaringan HTI dan ISIS," kata Rektor Muhammadya Kupang Dr. Zainur Wula di Kupang, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu ketika memberikan materi dalam seminar nasional tentang "Peran Pemuda Melawan Praktik Intoleran Gerakan Radikalisme dan Terorisme di NTT" diselengarakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) NTT di Gereja Anugerah Kota Kupang.

Ia mengatakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah selalu mengedepankan semangat toleran sehingga tidak mengherankan 80 persen mahasiswa di lembaga perguruan tinggi itu beragama Kristen.

"Toleransi merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan harmonisasi hubungan antarumat beragama, sehingga apabila ada paham intoleransi dan mengarah pada radikalisme dan terorisme tidak dapat dibenarkan masuk ke Universitas Muhammadiyah. Agama Islam juga tidak membenarkan intoleransi, radikalisme, dan terorisme berkembang," katanya.

Nusa Tenggara Timur, kata dia, merupakan rumah bersama sehingga semua komponen masyarakat berperan aktif dalam menjaga keamanan daerah itu, dengan mencegah adanya perilaku dan sikap yang mengarah pada radikalisme, terorisme, dan intoleransi.

Zainur mengatakan pemuda di Provinsi NTT sebagai agen perubahan memiliki peran strategis dalam membangun hidup berbangsa, termasuk dalam menangkal radikalisme.

Menurut dia, upaya mengatasi paham radikalisme, intoleransi, maupun terorisme dilakukan melalui peningkatan pemahaman keagamaan terhadap generasi muda dengan melibatkan tokoh-tokoh agama.

Universitas Muhammadyah, kata dia, berkomitmen menolak masuknya paham radikalisme maupun intoleransi di lingkungan kampus itu.

"Sebagai rektor di Muhammadyah secara tegas menolak masuknya kelompok radikal maupun paham intoleransi," katanya.

Ia mengatakan apabila ditemukan ada mahasiswanya ikut dalam kelompok garis geras itu akan ditindak tegas.

"Saya tidak akan memberi ampun bagi mahasiswa yang ikut dalam kelompok radikal karena jelas bertentangan dengan marwah lembaga perguruan tinggi kami," katanya.

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018